Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom Munchausen gangguan mental yang menandakan perilaku orang yang sering pura-pura sakit. Mengutip WebMD, sindrom Munchausen gangguan psikologis yang ditandai perilaku mencari perhatian termasuk memalsukan gejala penyakit. Seseorang memilih untuk berpura-pura sakit untuk memicu rasa khawatir orang lain agar perhatian hanya terfokus kepada dirinya.
Apa itu sindrom Munchausen?
Munchausen nama yang diambil dari seorang aristokrat Jerman, yaitu Baron Von Munchausen. Ia dikenal acap kali menceritakan kisah hidupnya yang dibuat-buat tentang perilaku dan kebiasaan sehari-harinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip Verywell Mind, terdapat pula turunan dari sindrom Munchausen, yaitu Munchausen syndrome by proxy (MSP). MSP merupakan sindrom Munchausen yang memanfaatkan relasi kuasa, seperti anaknya. Seseorang yang mengalami MSP tidak termotivasi keinginan mendapat keuntungan materi apa pun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat anaknya dibawa ke dokter atau penyedia layanan kesehatan lain, penyebab spesifik penyakit anak sering tak bisa ditentukan. Orang yang MSP, tampak sangat mencintai, peduli, dan sangat putus asa atas penyakit anaknya. Padahal, itu bukan penyakit yang serius. Orang MSP membesar-besarkan gejala anak dalam beberapa cara. Mungkin berbohong tentang gejala, mengubah tes, memalsukan catatan medis.
Penyebab sindrom Munchausen
Sindrom Munchausen sangat kompleks dan sulit untuk dipahami termasuk penyebabnya. Banyak orang yang menolak perawatan psikiatri atau psikologis. Mengutip National Health Service UK, peneliti pun berupaya untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab sindrom Munchausen
1. Trauma masa kanak-kanak
Sindrom Munchausen bisa disebabkan karena pengabaian dari orang tua atau trauma masa kanak-kanak lainnya. Akibatnya, anak mungkin memiliki masalah yang belum terselesaikan dengan orang tuanya yang menyebabkan berpura-pura sakit. Kondisi lain, misalnya memaksa menyakiti diri, selalu merasa menjadi pusat perhatian, menyerahkan tanggung jawab ke orang lain.
2. Gangguan kepribadian
Gangguan ini terjadi karena kondisi kesehatan mental yang menyebabkan pola pemikiran dan perilaku abnormal. Gangguan kepribadian yang terkait dengan sindrom Munchausen, antara lain antisosial, narsistik, gangguan kepribadian ambang.
Antisosial ketika seseorang menikmati ketika memanipulasi dan menipu untuk rasa kekuasaan dan kontrol dirinya. Gangguan kepribadian narsistik seseorang yang sering bimbang ketika melihat diri sebagai istimewa atau takut tidak berharga. Gangguan kepribadian ambang, seseorang yang berjuang untuk mengendalikan perasaan dan sering bimbang antara pandangan positif dan negatif orang lain.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.