Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom Munchausen gangguan mental yang menandakan perilaku orang yang sering pura-pura sakit. Mengutip WebMD, sindrom Munchausen gangguan psikologis yang ditandai perilaku mencari perhatian termasuk memalsukan gejala penyakit. Seseorang memilih untuk berpura-pura sakit untuk memicu rasa khawatir orang lain agar perhatian hanya terfokus kepada dirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip Verywell Mind, terdapat pula turunan dari sindrom Munchausen, yaitu Munchausen syndrome by proxy (MSP). MSP merupakan sindrom Munchausen yang memanfaatkan relasi kuasa, seperti anaknya. Seseorang yang mengalami MSP tidak termotivasi keinginan mendapat keuntungan materi apa pun.
Perilaku yang menandakan sindrom Munchausen
Biasanya orang yang sindrom Munchausen mengeluh sakit yang berbeda dan berubah-ubah. Perilakunya pun terkadang tak segan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan sekadar untuk menunjukkan tampak kondisi sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip Verywell Mind, keberhasilan penanganan sindrom Munchausen sulit dijalani jika orang itu sering menyangkal. Biasanya orang yang mengalami sindrom ini cenderung berbohong sehingga kesulitan membedakan kisah nyata dan khayalan.
Biasanya para ahli psikoterapi berfokus perubahan pemikiran dan perilaku individu. Gangguan sindrom Munchausen dengan terapi perilaku-kognitif. Tujuan terapi ini untuk membantu seorang yang mengalami sindrom itu memahami pikiran dan perasaan yang yang mempengaruh perilaku. Terapi ini juga berguna untuk belajar membentuk hubungan yang tidak terkait dengan kondisi sakit atau penyakit.
Mengutip dari WebMD, fase parah sindrom ini bahkan bisa sengaja melakukan hal yang memicu gejala penyakit. Orang dengan sindrom Munchausen sengaja membesar-besarkan gejala dalam beberapa cara. Berbagai cara dilakukan untuk menunjukkan kondisi sakit, mogok makan, menyakiti diri, minum obat tertentu, dan lain sebagainya.
1. Riwayat medis yang terlalu berlebihan atau dramatis, tapi tidak konsisten. Setiap memeriksa penyakit ke dokter, orang yang sindrom Munchausen penyakitnya selalu berubah-ubah.
2. Gejala tidak jelas yang tak bisa dikendalikan dan menjadi lebih parah, bahkan berubah drastis setelah pengobatan dimulai.
3. Kambuhnya penyakit yang bisa diprediksi setelah mengunjungi dokter
4. Muncul beberapa bekas luka, gejala baru atau tambahan setelah hasil tes menunjukkan seseorang itu tidak mengalami penyakit apa pun.
5. Muncul gejala ketika seseorang yang sindrom sindrom Munchausen bersama orang lain atau sedang diperiksa oleh dokter.
6. Kesediaan atau keinginan berlebihan untuk menjalani tes kesehatan, operasi, atau prosedur lainnya.
8. Ketakinginan untuk mengizinkan dokter bertemu atau berbicara dengan keluarga, teman, atau ahli medis sebelumnya.
9. Memiliki permasalahan dengan identitas dan harga diri.