Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi aritmia ketika irama jantung yang terganggu atau tak teratur. Mengutip Healthline, aritmia mempengaruhi kecepatan detak jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika impuls yang mengatur denyut jantung tak berfungsi semestinya, maka menyebabkan beberapa kondisi. Aritmia tidak bisa dianggap sepele karena rentan meningkatkan risiko stroke. Aritmia terjadi ketika sinyal listrik yang mengoordinasikan detak jantung tidak bekerja secara tepat, lebih cepat (takikardia) atau lambat (bradikardia) dari normal. Adapun kondisi lainnya kontraksi prematur atau detak jantung tak menentu (fibrilasi).
Penyebab dan gejala aritmia
Penyebab aritmia bisa karena faktor medis, fisik, emosional, atau genetik. Bahkan, dalam sebagian penemuan, penyebab aritmia tak diketahui secara mendetail. Beberapa orang rentan mengalami aritmia, karena pengaruh obat-obatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, depresi, alergi. Perubahan aliran darah juga menyebabkan aritmia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip WebMD, umumnya beberapa faktor menyebabkan jantung bekerja secara tidak teratur, antara lain penyalahgunaan alkohol, diabetes, gangguan penggunaan zat, minum kopi terlalu banyak., Kondisi lainnya juga karena tekanan darah tinggi, kelenjar tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme), merokok, pengaruh obat-obatan tertentu, perubahan struktural jantung.
Mengutip Mayo Clinic, secara umum gejala aritmia selain debar jantung juga sakit dada, sesak napas. Adapun kondisi tubuh juga terasa lelah, pusing, berkeringat, pingsan, kecemasan.
Merujuk publikasi National Library of Medicine berjudul Arrhyhmias, prevalensi aritmia antara 1,5 dan 5 persen dari populasi. Aritmia dalam beberapa kondisi bisa berakibat masalah yang serius. Jika aritmia mengganggu aliran darah ke tubuh, maka rentan mempengaruhi otak, paru-paru, maupun organ vital lainnya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.