Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menerapkan pola hidup sehat telah marak dilakukan oleh masyarakat. Berlari adalah olahraga yang banyak dilakukan baik mandiri atau berkelompok. Namun, apakah bentuk tubuh dan teknik berlari dapat mempengaruhi kecepatan seorang pelari?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertanyaan ini sering terlontar, terutama banjirnya tips berlari dari berbagai platform media sosial seperti TikTok atau Instagram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman Channel News Asia, berikut pendapat para ahli. Banyak pelari percaya bahwa memperbaiki langkah mereka adalah kunci untuk meningkatkan performa. Namun, Matt Fitzgerald, penulis buku 80/20 Running dan pelatih pelari, mengatakan bahwa tidak ada bentuk tubuh ideal untuk berlari. Pendapat ini didukung oleh analisis terhadap 51 studi terkait biomekanik lari yang menunjukkan bahwa karakteristik seperti panjang langkah atau cara kaki mendarat tidak memiliki pengaruh terhadap performa lari.
“Teknik lari memang penting, tetapi tidak sepenting yang diyakini banyak orang,” kata Bas Van Hooren, peneliti ilmu olahraga di Universitas Maastricht, Belanda seperti yang dikutip dari Channel News Asia.
Biarkan Tubuh Menemukan Ritmenya
Menurut Van Hooren, tubuh secara alami akan menyesuaikan diri untuk bergerak lebih efisien seiring dengan rutinitas berlari yang konsisten. “Tubuh Anda akan mengoptimalkan dirinya sendiri,” katanya. Hal ini terbukti dalam studi kecil yang dipimpin oleh Isabel Moore dari Cardiff Metropolitan University, di mana pelari pemula memperbaiki langkah mereka secara alami selama program jalan-lari 10 minggu tanpa instruksi khusus.
Namun, terlalu fokus pada perubahan teknik justru bisa kontraproduktif. “Mengubah langkah dapat melelahkan secara fisik dan mental, bahkan meningkatkan risiko cedera,” tambah Dr. Moore.
Latihan Kekuatan untuk Memperbaiki Bentuk Lari
Latihan kekuatan menjadi langkah penting untuk meningkatkan efisiensi dan mencegah cedera. Heather Vincent, direktur UF Health Sports Performance Center, merekomendasikan latihan seperti squat, deadlift, step-up, serta gerakan plyometrik seperti melompat. Latihan ini membantu otot dan tendon beradaptasi dengan beban saat berlari, sekaligus meningkatkan kekuatan tulang.
Sesuaikan Irama untuk Mengurangi Risiko Cedera
Bagi pelari yang rentan cedera, meningkatkan irama lari (jumlah langkah per menit) bisa menjadi solusi. Langkah kaki yang lebih cepat membantu tubuh tetap selaras di atas pusat massa dan mengurangi tekanan pada lutut, tendon Achilles, dan tulang kering.
Pelacak kebugaran dapat membantu memantau irama pelari ini. “Jika langkah Anda di bawah 160 per menit, cobalah meningkatkan frekuensinya dengan bantuan musik yang sesuai,” saran Dr. Van Hooren.
Jadi, alih-alih terpaku pada teknik, nikmati proses berlari Anda. Dengan latihan yang konsisten dan tubuh yang terus beradaptasi, performa Anda akan meningkat dengan sendirinya.
Pilihan editor: Saran Dokter Jantung Buat Pelari yang Mau Ikut Lomba Maraton