Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah kegemaran masyarakat Korea Selatan terhadap ayam goreng, Daegu menjadi rumah bagi puluhan waralaba ayam goreng dan kota penyelenggara Festival Chimac Daegu tahunan. Bahkan rekor makan ayam goreng pertama di Korea ditemukan sejak Kerajaan Joseon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pecinta drama Korea pasti familiar melihat ayam goreng sebagai hidangan yang sering muncul saat adegan makan. Merujuk dari Korean Broiler Council, masyarakat Korea mengonsumsi rata-rata 14 kilogram unggas per tahun, setara dengan sekitar 20 ekor ayam.
Daegu atau Dalgubeol
Daegu tumbuh sebagai pusat logistik dengan dataran luas sehingga cocok menampung peternakan unggas pada 1960-an. Sekitar 70 hingga 80 persen unggas didistribusikan dari Daegu ke seluruh negeri saat itu. Bersamaan dengan itu, produksi minyak goreng massal pada 1970-an menjadi pendobrak kebangkitan ayam goreng sebagai makanan bagi masyarakat Korea.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kolumnis makanan, Hwang Young Cheol mengatakan nama lama Daegu adalah Dalgubeol dan generasi lama biasa menyebutnya Dalgu. "Uniknya, istilah tersebut berasal dari dialek lokal kuno yang secara harfiah berarti ayam,” katanya pada The Korea Times.
Ada pula festival terkenal di Daegu, yang disebut Festival Chimac. Namanya diambil dari istilah chimaek, yaitu chikin atau ayam dan maekju atau bir. Melansir koreatimes.co.kr, tahun ini ada lebih dari satu juta pengunjung berbondong-bondong datang untuk mengikuti festival. Hampir 100 produsen ayam goreng membuka kios outdoor mereka untuk menemani pengunjung sambil mendengarkan musik.
Ayam goreng makanan favorit
Hidangan ayam goreng telah melekat di masyarakat Korea sejak tahun 1392—1910. Saat itu, hidangan tersebut menjadi makanan khas yang hanya disajikan di meja raja. Seiring waktu, orang-orang mulai memadukan ayam goreng dengan bir yang disantap bersama sehingga kesempatan itu juga merupakan cara sosialisasi yang menyenangkan.
Tampaknya kegemaran terhadap ayam goreng tak lekang oleh waktu di antara orang Korea. Young Cheol mengatakan bahwa kemampuan penyajian mereka yang andal membuat hidangan gorengan ini tetap selalu dinikmati oleh masyarakat.
“Orang Korea memiliki kebiasaan kuliner kuno yaitu memakan ‘buchimgae’ (panekuk Korea) dan tahu cara menggoreng hidangan dengan jumlah minyak yang tepat sehingga menghasilkan tekstur yang renyah dan kaya,” ucapnya.
Belum lagi dengan kepopuleran drama My Love from the Star tahun 2014, yang menampilkan sajian ayam goreng. Ketertarikan terhadap ayam goreng di Korea menyebar ke beberapa negara Asia lainnya.
Waralaba ayam goreng
Daegu membuka restoran ayam goreng Mexican Chicken sebagai waralaba goreng pertama di Korea. Tak lama, muncul waralaba restoran Kyochon asal Daegu yang kini telah memiliki 67 restoran di 15 negara asing, termasuk Amerika Serikat, China, Thailand, dan Indonesia.
Hingga kini, hidangan ayam goreng masih banyak disajikan dalam berbagai varian yang disesuaikan dengan selera Korea modern.
GABRIELLA KEZIAFANYA BINOWO | THE KOREA TIMES