Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaannya yang praktis dan memberikan kesan beda, menjadi alasan kurta semakin diminati pria muslim masa kini. Bahkan, pada Ramadan ini penjualan Kurta semakin mendekati penjualan baju Koko.
Baca: Khasiat Lain Kurma, Bisa Mengatasi Disfungsi Ereksi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dedi, penjaga toko Jibril Koko, menuturkan bahwa tokonya tidak pernah lama menyetok baju Kurta, karena kerap diborong pembeli dari luar kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. "Mungkin karena kalau pakai Kurta gak seribet pakai gamis, namun tetap berbeda dengan baju Koko biasa," kata Dedi, saat ditemui di tokonya yang berada di Pasar Tanah Abang Blok B, Jakarta, Selasa 7 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kurta memang mendukung kebutuhan pria muslim masa kini untuk tetap berbusana syar'i tanpa meninggalkan kesan stylish. Pemakainya tidak perlu repot memasang kancing seperti layaknya baju Koko, serta tidak perlu khawatir ujung pakaian terbelit kaki sebagaimana yang mungkin terjadi pada baju Gamis.
Dari sejarahnya, Kurta merupakan pakaian longgar asal Asia Selatan yang panjangnya bisa sampai selutut. Untuk versi yang lebih pendek, pakaian ini disebut Kurti. Namun di Indonesia, penyebutan Kurti tidak populer.
Baju Koko Black Panther yang dijual di Tanah Abang. Tempo/ANGGIANDINI PARAMITA MANDARU
Di tempat asalnya, Kurta lebih banyak menggunakan warna-warna pastel. Namun seiring perkembangan zaman, Kurta kini juga hadir dengan warna-warna yang lebih "berani" dan dihiasi beraneka bordir.
Di Pasar Tanah Abang Blok B, Kurta, atau yang oleh beberapa pedagang disebut sebagai setelan Pakistan, rata-rata dijual dengan harga Rp 250 ribu untuk yang lengan panjang, sedangkan untuk lengan pendek dijual seharga Rp 230 ribu.
Sementara itu, baju Koko masih tetap diminati oleh para pembeli, baik untuk dijual lagi maupun untuk dipakai sendiri. "Baju Koko mah tidak ada matinya. Apalagi sekarang baju Koko makin "genit," dengan berbagai hiasan bordir," tutur Wawan, penjaga toko Kishni Collection di Pasar Tanah Abang Blok B.
Baju-baju Koko yang dijual di Pasar Tanah Abang memiliki berbagai tingkatan, dari yang terbuat dari bahan biasa dan model sederhana, sampai baju Koko yang terbuat dari bahan berkualitas tinggi dengan model kekinian.
Warna baju Koko yang dijual di Tanah Abang juga beraneka ragam. Walau demikian, untuk baju Koko rata-rata warna yang digunakan adalah warna-warna lembut seperti biru muda atau warna pastel.
Gamis pria
Satu jenis model baju pria lain yang juga cukup laris di Tanah Abang adalah Gamis atau Jubah. Busana khas Timur Tengah ini merupakan pakaian semacam baju kurung, dengan lengan panjang dan bagian bawah mencapai mata kaki. Pada masa lalu, Gamis kerap hadir dengan warna putih. Namun sekarang, Gamis pun dapat ditemukan dengan warna-warna lain seperti hitam atau merah tua.
Pembalap Mercedes, Lewis Hamilton, mengenakan pakaian gamis khas Timur Tengah jelang balapan Formula Satu Grand Prix Bahrain di Sirkuit Internasional Bahrain di Sakhir, Bahrain, 3 April 2016. Hamilton juga melengkapi penampilannya dengan penutup kepala khas pria Bahrain, Ghutra. Lars Baron/Getty Images
Para pedagang rata-rata membandrol Gamis untuk ukuran orang dewasa dengan harga Rp 250 ribu, sedangkan untuk anak-anak harga yang ditawarkan rata-rata adalah Rp160 ribu. "Kalau baju Koko biasanya untuk dipakai sehari-hari kayak buat salat tarawih, tapi kalo Gamis nanti dipakai pas Lebaran," ujar Wahyu, penjaga toko An Nur di Pasar Tanah Abang Blok B.
Baca: Semua Orang Suka Bergosip, Rata-rata Habiskan 52 Menit Sehari
Dari penuturan para pedagang, mereka biasanya mengambil barang dari para penjahit di Tangerang dan Tasikmalaya. Walau demikian, ada pula sejumlah barang yang didatangkan dari luar negeri seperti dari China dan Vietnam.