Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ibu muda datang ke ruang praktek dokter di Rumah Sakit Pondok Indah. Ia mengeluh sering berkeringat dan gugup berlebihan. Meskipun nafsu makannya berlebihan dan hobi makan tapi berat badan tak bertambah, malah semakin kurus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya si ibu tidak terlalu pusing dengan hal itu. Kadang-kadang dia malah bangga karena banyak yang iri dengan penampilannya yang awet kurus. “Apa rahasianya sih jeng,” begitu pertanyaan yang kerap dilontarkan kawan-kawannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi belakangan dia mulai cemas karena selain makin kurus, ada hal lain yang membuatnya yakin ada yang tak beres dengan tubuhnya. “Setelah diperiksa, ternyata ibu itu mengalami hipertiroid,” kata Muhammad Ikhsan Mokoagow, dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Pondok Indah - Puri Indah dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa, 28 Agustus 2019.
Hipertiroid terjadi karena ada gangguan di kelenjar tiroid yang menyebabkan peningkatan jumlah hormon yang dihasilkan. Hormon tiroid yang berlebihan itu membuat aktivitas sel dan organ tubuh meningkat.
“Misalnya denyut jantung jadi cepat dan aktivitas usus meningkat yang membuat seseorang sering buang air besar bahkan diare,” kata dokter Ikhsan.
Ada beberapa gejala hipertiroid. Secara kasat mata biasanya terlihat dari adanya pembengkakan di sekitar mata atau teraba benjolan di leher. Bisa juga terjadi kelainan bentuk leher alias gondok. Tapi menurut Ikhsan tidak semua penderita gangguan kelenjar tiroid, baik hipertiroid maupun hipotiroid, menunjukkan tanda-tanda tersebut.
Hipertiroid biasanya dirasakan lewat sejumlah gejala, yakni sesak nafas ketika beraktivitas, jantung berdebar-debar, kelelahan, lebih tahan suhu dingin dan tak tahan suhu panas,keringat berlebihan, rada gugup, hingga gemetaran atau tremor, nafsu makan meningkat tapi berat badan malah menurun.
Tapi untuk mengetahui apakah seseorang menderita hipertiroid tentu tak bisa dikira-kira. “Harus ada pemeriksaan fisik, leher dan seluruh tubuh,” kata Ikhsan.
Dokter biasanya juga akan menanyakan riwayat penyakit berupa keluhan dan gejala yang dirasakan pasien termasuk riwayat penyakit di keluarganya. Secara fisik, selain pemeriksaan laboratorium juga dilakukan pencitraan lewat USG dan thyroid scan.
Ikhsan menuturkan, meskipun gangguan kelenjar tiroid tak sepopuler penyakit degeneratif lainnya, diabetes misalnya, tapi penyakit ini tetap harus diwaspadai.
Apalagi gangguan tiroid pada dasarnya bisa dialami siapa saja, pria dan wanita, muda maupun tua. Namun yang perlu digarisbawahi, dari sejumlah riset rupanya lebih banyak perempuan yang mengalami gangguan tiroid. “Belum diketahui secara pasti mengapa demikian,” kata Ikhsan.