Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Staf pengajar Respirologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Ceva Wicaksono Pitoyo, mengatakan pasien Covid-19 mempunyai kadar oksigen yang rendah. Akibatnya, bisa terjadi happy hipoxia, yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan saturasi oksigen yang rendah, tetapi tanpa gejala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Saturasi oksigen adalah persentase Hb (Hemoglobin) yang mengikat oksigen atau kejenuhan Hb yang teroksigenisasi," kata Ceva seperti dikutip Tempo dari laman UI, Jumat, 16 Juli 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari Tempo, Sabtu, 10 Juli 2021, saturasi oksigen yang normal adalah 95 sampai 100 persen. Saturasi oksigen dikatakan rendah apabila di bawah 95 persen. Tinggi rendah saturasi oksigen dapat diukur dengan menggunakan alat bernama oximeter.
Untuk mengukur saturasi oksigen, Ceva menjelaskan bahwa oximeter bisa dijepitkan pada jari tangan pasien Covid-19. Lalu, saturasi oksigen akan diukur berdasarkan jumlah cahaya yang dipantulkan sinar inframerah yang dikirim ke pembuluh darah kapiler.
Tak lupa, ia menuturkan beberapa cara guna meningkatkan saturasi oksigen supaya tetap stabil, yaitu dengan memastikan bahwa sirkulasi udara di ruangan sudah baik, mengonsumsi zat besi, berolahraga secara teratur, dan menghindari merokok.
"Ini mungkin terdengar klise, tapi ini adalah cara-cara klasik yang sudah terbukti menjaga kesehatan manusia secara holistik," kata dia dalam seminar daring yang diadakan FK UI.
Pasien Covid-19 cenderung memiliki saturasi oksigen yang rendah di dalam darah. Ini karena sirkulasi oksigen terhambat akibat infeksi virus pada paru-paru, sehingga menyebabkan penumpukan cairan yang membuat oksigen susah masuk ke dalam tubuh.
AMELIA RAHIMA SARI