Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ciptakan inovasi yang diberi nama Elarbi, alat untuk mendeteksi kondisi fisik pesepeda. Inovasi ini berawal dari keresehan Wahyu Dwi Kurniawan bersama teman-teman dosen lainnya yang melihat banyaknya orang yang mengikuti tren bersepeda, terlebih saat pandemi. Wahyu mengatakan sejumlah orang cenderung memaksakan diri untuk bersepeda dengan track yang berat dan panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akibatnya, tidak sedikit yang terlalu kelelahan, pingsan dan ada juga yang kecelakaan. “Padahal kan bersepeda itu tujuannya untuk sehat,” kata ketua penggagas Elarbi itu dilansir dari laman resmi Unesa pada Senin, 27 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat tersebut, kata Wahyu memiliki sensor khusus yang dipakai di tangan. Fungsinya untuk mendeteksi detak jantung dan saturasi oksigen pesepeda. Saat seseorang berolahraga saturasi oksigennya pasti menurun dan detak jantungnya akan naik.
Alat tersebut akan memberikan peringatan apabila saturasi oksigen seseorang di bawah 95 ataupun detak jantung yang meningkat lebih dari 80 persen sebelum bersepeda. “Jadi kalau Elarbi sudah mendeteksi seseorang kelelahan, akan muncul peringatan berupa bunyi dan muncul tulisan dilarang menggowes yang akan tertera di layar kecil pada setir sepeda,” terangnya.
Tak hanya itu, alat ini juga dilengkapi dengan komponen kelistrikan yang bisa digunakan pesepeda saat merasa kelelahan atau saat melewati medan yang menanjak. Dengan kata lain, alat ini bisa mengubah sepeda biasa menjadi sepeda listrik. Penggunaan daya dorong listrik ini terdapat enam opsi yang bisa dipilih. Mulai dari opsi full mengayuh sampai opsi full dorongan tenaga listrik.
Dia mengungkapkan selama ini pengguna sepeda listrik hanya mengandalkan tenaga listrik secara penuh untuk pemakaiannya, sehingga inovasi sepeda listrik ini membuat pengguna juga diharuskan berolahraga dengan intensitas yang tepat.
“Alat ini dilengkapi dengan baterai. Pengisiannya memerlukan waktu sekitar dua jam yang bisa digunakan untuk jarak tempuh 38 km pada opsi maksimal. Itu pun bisa bertambah menyesuaikan opsi pesepeda,” tambahnya.
ELARBI yang dapat dipasang di berbagai jenis sepeda ini juga melibatkan dosen lainnya seperti Gusti Putu Asto Buditjahjanto, Agung Prijo Budijono, Awang Firmansyah, dan Susi Tri Umaroh. Dalam pengembangannya, tim dosen tersebut bekerja sama dengan CV Cahaya Berkah Gusti dalam skema program Kedaireka.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.