Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Bekal Anak yang Cocok untuk ke Sekolah, Apa Isinya?

Membuat bekal anak yang bergizi tak harus dengan nasi tapi juga penting memperhatikan komposisi gizi agar tetap terpenuhi.

24 Juli 2023 | 09.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar gizi di Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, Hilga Tiara Dewi, menjelaskan membuat bekal bergizi untuk anak tak harus dengan nasi. Ia mengingatkan membuat bekal anak juga penting memperhatikan komposisi gizi agar tetap terpenuhi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pertama, kebutuhan karbohidrat, sayur, protein, dan buah. Tidak perlu kalau membuat bekal harus bikin nasi, terus bikin tumis tempe dan lain-lain. Padahal, karbohidrat bisa dengan jagung rebus, protein dari susu UHT, lalu buah potong,” ujar Hilga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika ingin membuat hidangan sederhana tanpa memasak banyak lauk, ia menyarankan membuat bihun goreng sebab para ibu bisa menambahkan sayur, ayam, atau telur. Dengan demikian, kebutuhan protein, serat, dan karbohidrat anak telah terpenuhi.

Hilga juga menjelaskan membuat bekal untuk anak tak perlu harus satu kotak penuh. Yang harus diperhatikan adalah komposisi gizi dari isi kotak bekal anak sekolah tersebut. Orang tua juga perlu mengetahui kebutuhan gizi setiap anak berbeda. Karena itu, penting untuk memeriksakan anak secara rutin demi mengetahui seberapa banyak gizi yang dibutuhkan masing-masing.

“Kebutuhan gizi anak itu beda-beda, dari umur 0 bulan sampai dewasa itu berbeda, sehingga ada angka kecukupan gizi sesuai masing-masing usia,” terang Hilga.

Cek kartu KMS
Terkait tumbuh kembang anak balita, orang tua dapat memantaunya melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal balita berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U) dan berdasarkan jenis kelamin. Untuk kurva, KMS pada anak laki-laki berwarna biru dan perempuan merah muda.

Hilga mengingatkan orang tua untuk mempelajari cara membaca KMS karena melalui KMS orang tua dapat memantau perubahan anak selama tumbuh dan berkembang mengingat pertumbuhan kurva setiap anak bisa berbeda.

"Dengan pemeriksaan berkala dan memantau KMS maka orang tua bisa menghindarkan anak dari stunting karena kebutuhan gizi anak bisa terpantau," tutur Hilga.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus