Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bekas Luka Menonjol Belum Tentu Keloid, Simak Penjelasan Dokter

Bedakan keloid dan skar hipertrofik meski keduanya sama-sama bekas luka yang menonjol.

4 Maret 2022 | 19.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Keloid (Sehatq)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Apa beda bekas luka yang menonjol yang sering disebut keloid dan skar hipertrofik? Skar hipertrofik adalah tonjolan luka yang menebal sesuai garis luka. Sedangkan keloid adalah daging yang tumbuh pada bekas luka dengan tekstur keras dan jinak. Keduanya terbentuk ketika jaringan parut tumbuh secara berlebihan untuk memperbaiki kerusakan kulit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dermatolog Nadia Wirantari mengatakan pada dasarnya tubuh memiliki waktu alami untuk menyembuhkan luka dan hal tersebut memiliki beberapa fase, yakni penghentian pendarahan, peradangan, tumbuh jaringan baru, serta luka mengering. Meski luka telah mengering, di dalam kulit masih terjadi proses penyembuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dalam fase ini bisa terjadi skar hipertrofik atau terjadi keloid. Keduanya ini adalah tampilan yang bekas lukanya menonjol, serupa tapi tidak sama," ujar Nadia dalam.

Lebih lanjut Nadia menjelaskan skar hipertrofik memiliki ciri bekas luka merah yang menonjol dan hanya sepanjang bekas lukanya saja. Skar hipertrofik juga biasanya terasa sensasi gatal pada awal penyembuhan dan akan mengecil atau memudar setelah 1-2 tahun.

"Bekas luka hipertrofik biasanya terjadi di lipatan, seringnya yang bekas operasi sesar," kata Nadia.

Sementara keloid memiliki ciri berwarna merah dan memiliki tonjolan yang lebih tinggi, terasa gatal, lebih nyeri, dan bekas lukanya melebar atau memanjang dibandingkan dengan luka awal.

"Dia dalam jangka waktu 1-2 tahun itu tidak bisa mengecil sendiri seperti hipertrofik, malah dia bisa semakin membesar," jelasnya.

Seseorang dengan riwayat keluarga yang memiliki keloid akan lebih berisiko mengalaminya dibandingkan yang tidak ada faktor genetik. Oleh karenanya, saat terjadi luka, terutama setelah operasi sesar, penting untuk fokus pada proses penyembuhan.

"Nutrisinya harus optimal dari dokternya, biasanya juga perawatannya optimal, baru setelah itu digunakan plester luka untuk memperbaiki bekas lukanya sehingga mempercepat lebih kecilnya bekas luka ini," ujar Nadia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus