Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surakarta - Pura Mangkunegaran menjadi salah satu tempat wisata ikonik di Kota Solo yang banyak dikunjungi wisatawan selama musim liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 atau libur Nataru ini. Kunjungan wisata ke Pura Mangkunegaran ini tidak hanya untuk menikmati indahnya pemandangan sejumlah objek yang ada kompleks istana Mangkunegaran itu, tapi juga memperluas wawasan tentang sejarah dan budaya kota.
Belajar Menari di Pura Mangkunegaran
Wisatawan yang juga sekaligus pecinta seni tari bahkan bisa datang untuk belajar dan praktik menari beberapa jenis tarian gaya Mangkunegaran. Seperti halnya pada momentum liburan akhir tahun ini, saat Pura Mangkunegaran mengadakan event Tutup Tahun 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain kelas memasak kue apam atau apem khas Mangkunegaran, kelas tari (beksan) gaya Mangkunegaran pun sukses mendongkrak jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata itu menjelang pergantian tahun ini. Dalam kelas tari itu, para pengunjung dibimbing para penari atau abdi dalem Kemantren Langenpraja. Ada dua gerakan tari yang dipelajari dalam kelas itu, yaitu gerakan tari atau beksan Bondoyodo (untuk putra) dan beksan Gambyong Pareanom (untuk putri).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beksan Bondoyodo merupakan tarian yang menggambarkan para prajurit laki-laki yang tengah belajar bertarung menggunakan tongkat dan perisai. Tarian ini diciptakan pada masa pemerintahan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkoenagoro V.
Penabuh gamelan Pura Mangkunegaran mengiringi para penari yang sedang berlatih di Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran, Rabu, 28 Desember 2022. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Adapun Beksan Gambyong Pareanom merupakan tari yang biasanya dibawakan sebagai tarian penyambutan atau ucapan selamat datang terhadap tamu-tamu yang datang ke Pura Mangkunegaran. Tari Gambyong Pareanom ini menceritakan tentang kecantikan dan juga kebahagiaan yang ada karena kedatangan atau kunjungan tamu terhadap tuan rumah.
Tari Gambyong Pareanom Gaya Mangkunegaran
Mengutip informasi dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tari Gambyong Pareanom gaya Mangkunegaran berbeda dengan Tari Gambyong Pareanom di luar tembok Pura Mangkunegaran, baik kostum dan gerakannya. Kostum tari Gambyong Pareanom di Pura Mangkunegaran memakai kain wiron, mekak, sampur dan jamang. Adapun kostum untuk tari Gambyong Pareanom di luar tembok Pura Mangkunegaran memakai kain wiron, kemben, sampur dan bersanggul dan warna bebas.
Khusus pada Rabu, 28 Desember 2022 lalu, pengunjung yang mengikuti kelas tari juga diperkenalkan dengan tari Srimpi Mandrarini dan tari Sancaya Kusumo Wicitro. Setiap Rabu di Pura Mangkunegaran memang ada tradisi Rebon, yaitu ada waktu di antaranya untuk latihan menari dan klenengan yang diadakan oleh Langen Projo.
Tari Srimpi Mandrarini menggambarkan ratu (raja putri) yang berperang dengan ratu raja putri yang lain. Para patih yang ikut serta dalam peperangan tersebut juga para perempuan. Tarian ini dibawakan empat penari putri. Bilangan empat dalam falsafah Jawa merujuk pada keempat arah mata angin. Adapun tari Sancaya Kusumo Wicitro merupakan jenis tari berpasangan yang menggambarkan tema keprajuritan atau peperangan.
SEPTHIA RYANTHIE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.