Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator proyek Asia Pasicif Alliance for Disater Manajemen (A-PAD) Indonesia, Lya Anggraini, mengungkapkan masyarakat lebih suka belajar tentang bencana melalui dongeng dibanding teori seperti di sekolah. Hal itu disampaikan dalam acara daring bertajuk "Pendidikan Bencana Lewat Kegiatan Jejak Jelajah Bencana" oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Senin, 27 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau mengajar teori itu saya perhatikan kayaknya kurang diingat. Tetapi mereka suka cerita-cerita dongeng. Makanya, guide-nya kami usahakan tekniknya mendongeng," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain dongeng, masyarakat juga lebih suka mendapatkan materi yang menarik, singkat, dan mudah diingat, khususnya tentang bencana alam karena kecenderungan saat ini yang banyak memanfaatkan media sosial dalam keseharian. Bukan hanya tentang materi, Lya juga mencatat metode menyampaikan pendidikan kebencanaan saat ini bisa melalui berbagai cara menarik seperti poster dan permainan.
"Antarnegara mengembangkan games. A-PAD berencana menerjemahkan game dari Korea Selatan," ujarnya.
Di sisi lain, guru-guru di sejumlah sekolah juga membuat konten-konten presentasi yang menarik. Misalnya dengan menambahkan kartun atau animasi sehingga memudakan penerima mengingat materi.
Diminati para ibu
A-PAD merupakan jejaring kemitraan trans-nasional yang memfasilitasi kerja sama untuk memperkuat ketangguhan berbagai aspek akibat bencana. Lya bersama lembaganya beberapa waktu lalu menerima pendaftaran terkait pendidikan kebencanaan melalui kegiatan "Jejak Jelajah Bencana". Dia menemukan fakta pendidikan kebencanaan diminati para ibu, padahal sebenarnya kala itu kegiatan diperuntukkan untuk kreator konten.
"Banyak ibu yang ingin daftar dan ikut anak-anak mereka. Mereka tidak melihat bencana sebagai sesuatu yang menakutkan tetapi kalau ada media yang bisa mengedukasi anak, mereka akan tertarik," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Community Manager Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, Aditya Ramadhan, mengatakan edukasi di luar kelas cukup diminati saat ini. Salah satunya ditandai selalu penuhnya jadwal di ruang literasi BPBD DKI.
"Tidak hanya belajar dari buku teks, cerita. Sebenarnya pendidikan sejak dini konteksnya yang seru-seru, dibawa jalan ke daerah yang pernah terjadi bencana, jadi anak antusias," paparnya.
Pilihan Editor: Saran IDAI untuk Relawan yang Bantu Anak Korban Bencana Alam