Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian suami mungkin bingung bagaimana harus memberikan dukungan ketika istri terdiagnosis mengidap kanker payudara. Ada yang berusaha menguatkan atau bahkan diam karena tak tahu harus bersikap seperti apa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Chairwoman Lovepink, Samantha Barbara mengatakan, ketika suami mendapati istrinya mengidap kanker payudara, maka dia dapat memberikan dukungan paripurna dengan berbagai cara. "Bentuk dukungannya berupa suami ada untuk istri secara pikiran, perasaan, dan semua secara utuh mendampingi," kata Samantha saat peluncuran Docquity Clinic sebagai komunitas kesehatan digital yang bekerja sama dengan Love Pink pada Rabu, 8 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Di sini, Samantha menggarisbawahi kata "utuh". Musababnya, menurut dia, hal ini berhubungan dengan kondisi fisik istri yang tak lagi sama dengan sebelumnya. "Kalau kita bicara kanker payudara, maka nanti urusannya dengan mastektomi. Tentu di situ ada perubahan fisik," katanya.
Dan ketika suami utuh mencintai istrinya, Samantha melanjutkan, maka perubahan itu tiada berarti. "Jadi bentuk dukungannya adalah lahir, batin, fisik, mental, semua harus saling menguatkan," katanya.(dari kiri) Regional Head of Partnership Docquity Clinic, dokter Karina Andini; Chairwoman Lovepink, Samantha Barbara; pembawa acara; dan Chief Marketing Officer and Co-Founder Docquity Clinic, Amit Vithal saat jumpa pers virtual kolaborasi Docquity Clinic dengan Lovepink pada Rabu, 8 Desember 2021. Dok. Docquity Clinic
Regional Head of Partnership Docquity Clinic, dokter Karina Andini mengatakan, salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam komunitas kesehatan digital Docquity Clinic adalah "istri saya terkena kanker payudara, apakah saya masih bisa memiliki keintiman yang sama setelah diagnosis tersebut?". Artinya, menurut dia, masih banyak orang yang belum tahu bagaimana menyikapi atau memberikan dukungan kepada pasien kanker payudara.
Proses pengobatan terhadap pasien kanker payudara, menurut Samantha, tidak mudah dan tidak pula murah. Untuk penanganan kanker payudara stadium satu, kata dia, bisa memakan biaya hingga ratusan juta rupiah. Belum lagi efek dari berbagai pengobatan yang dijalani, misalkan rambut rontoh, muntah, kehilangan nafsu makan, dan banyak lagi.
Pasien kanker payudara, Samantha mengatakan, juga harus punya prinsip. "Kalau sudah terkena kanker, intinya mau menyerah atau maju terus," kata dia. "Jangan sampai saat semua sudah siap, mulai dari dana, mendapat dukungan suami, anak, keluarga, teman, tetapi mentalnya down."
Pasien dengan penyakit apapun harus punya cita-cita untuk menyemangati diri. "Pahami kalau hidup ini berharga dan patut diperjuangkan," ujarnya.
Baca juga:
Sudah Tahu Pemeriksaan ABC untuk Deteksi Kanker Payudara? Bisa Dilakukan Sendiri
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.