Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menyikat gigi dengan pasta gigi lama bisa berisiko lebih besar menempatkan orang terkena gigi berlubang. Salah satu bahan aktif dalam pasta gigi, fluoride, menjadi kurang aktif secara signifikan setelah kedaluwarsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanggal kedaluwarsa mencerminkan kesegaran flouride yang berperan mencegah gigi berlubang karena seiring waktu, zat tersebut terdegradasi dan menjadi kurang efektif. Begitu menurut pakar kesehatan Marina Gonchar yang juga pendiri Skin to Smile.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pasta gigi biasanya memiliki masa simpan dua tahun dari tanggal pembuatan," katanya.
Fluoride memperkuat email atau permukaan luar gigi, membuatnya lebih terlindungi dari serangan asam yang memicu kerusakan gigi, menurut Asosiasi Dental Amerika (ADA). Selain itu, setelah pasta gigi kedaluwarsa maka ada risiko terdapat jamur dan bakteri tumbuh. Selain kotor, mikroba ini juga bisa mengganggu mulut.
"Mereka dapat mengganggu flora mulut, yang menyebabkan peningkatan risiko pembentukan rongga dan peradangan gingiva atau gusi," kata Gonchar.
Kualitas menurun
Lebih lanjut, bahan-bahan tertentu dalam pasta gigi cenderung kehilangan kualitasnya seiring waktu dan ini merusak rasa segar mintnya. Pasta juga bisa menjadi kering. Jadi, menyikat gigi dengan pasta gigi kedaluwarsa tentu tidak ideal tetapi juga bukan skenario terburuk.
Menurut Gonchar, menggunakan pasta gigi lama dalam keadaan darurat tidak akan membahayakan selama tidak lebih dari satu tahun atau lebih dari tanggal kedaluwarsa. Jika tanggal kedaluwarsa pada tabung lebih dari satu tahun, buang pasta gigi. Pasta gigi sangat penting untuk kesehatan gigi, yakni menghilangkan plak dan kotoran secara mekanis, melalui gesekan dan gerakan menyikat gigi.
"Sejauh ini merupakan cara paling efektif untuk mencegah gigi berlubang," tutur Gonchar.