Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Buang Air Besar Hanya Tiga Kali Seminggu, Normalkah?

Frekuensi buang air besar bisa mencerminkan masalah pada usus. Jadi, berapa kali yang normal, sehari tiga kali atau tiga kali seminggu, normalkah?

20 Juni 2019 | 17.21 WIB

Ilustrasi mck atau toilet. wikipedia.org
Perbesar
Ilustrasi mck atau toilet. wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Masalah pada usus bisa diketahui dari seberapa seringnya Anda buang air besar atau BAB. Itu sebabnya, banyak orang yang penasaran berapa kali normalnya seseorang buang air besar. Sehari tiga kali atau tiga kali seminggu, normalkah?

Baca juga: Jangan Tahan BAB, Ini Dampak Buruknya buat Tubuh

Sebuah penelitian yang dilakukan King’s College London, seperti dikutip Mirror, 11 Juni 2019 lalu, menyebut bahwa tujuh kali buang air besar per minggu adalah rata-rata bagi mereka yang tidak sembelit. Namun, menurut BBC, para ahli lainnya mengatakan bahwa tiga kali buang air besar sehari sampai tiga dalam seminggu minggu masih disebut normal. Jadi tidak ada batasan pasti berapa kali Anda harus pergi ke toilet setiap hari atau minggu.

Direktur Ilmiah YorkTest Laboratories Dr Gill Hart mengatakan bahwa jarang atau terlalu sering buang air besar dapat menunjukkan masalah usus atau bahkan intoleransi makanan. Menurut dia, penyebab seseorang buang air besar tidak teratur antara lain makanan yang salah, tidak cukup minum, atau kurang olahraga.

Kurang serat atau cairan dalam makanan membuat feses akan bergerak lebih lambat. Selain itu, kurang gerak dan obat-obatan, stres, serta lingkungan yang tidak dikenal bisa menyebabkan konstipasi.

"Tapi yang jelas dari literatur ilmiah adalah bahwa jarang buang air besar bisa mempengaruhi suasana hati Anda. Sebab, sekitar 90 persen dari serotonin, hormon yang bertanggung jawab atas kebahagiaan, disimpan di usus,” kata dia. 

Baca juga: 3 Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi BAB

Natalie Lamb, seorang Ahli Terapi Nutrisi dari produk serat Lepicol menambahkan, buang air besar yang teratur sering membuat orang merasa lebih ringan dan lebih berenergi. Sayangnya itu kurang serat atau cairan dalam makanan membuat feses akan bergerak lebih lambat sehingga terjadi konstipasi. “Sembelit juga bisa terjadi karena kurang gerak, berbagai obat, stres, lingkungan yang tidak dikenal,” kata dia. 


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus