Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bila Anda sedang mencari santap pagi di Jakarta, cobalah berkunjung ke warung Ayam Afrika yang buka 24 jam. Berawal dari warung berkonsep warteg, ayam Afrika resep Nyonya Rokhiya kini mulai dikenal ke khalayak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pecinta kuliner di Ibu Kota sudah menandai kiprah warung ayam itu sejak pertama kali dibuka di Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, pada awal 2000. "Orang banyak datang karena penasaran dengan brand ayam Afrika," kata Kurin Anisa, anak kedua Rokhiya, yang ditemui pada Sabtu, 24 Maret 2018.
Kata Kurin, resep ayam afrika itu lahir dari pertemanan si ibu dengan banyak orang Afrika di Jakarta.
Sekilas, ayam Afrika tiada beda dengan ayam goreng pada umumnya. Ayam negeri atau ayam potong dipresto sampai empuk, kemudian digoreng hingga kering. Namun, yang menjadi ciri khas penamaan Afrika adalah bumbu yang ditabur setelah ayam itu masak.
"Kami menambahkan bawang bombai," kata Kurin. Dalam sepiring menu yang disajikan ke tamu, tampak ayam ditutupi gorengan bawang bombai yang menggunung. Bawang bombai itulah yang menjadi ciri khas masakan orang-orang Afrika. Hanya, dalam versi aslinya, bawang tak digoreng, tapi disajikan mentah seperti lalapan.
Bawang bombai menambah citarasa gurih pada ayam. Bahkan bakal memberi efek menambah selera makan.
Bagi yang tak terlalu suka dengan aromanya, pengunjung tak perku khawatir. Sebab, bawang bombai pada masakan ayam Afrika tak akan menimbulkan bau tidak sedap setelah dimakan.
Proses menggoreng sampai kering kecokelatan seperti kristal berhasil melepaskan bau menyengat pada bawang bombai. Adapun sambal yang dihidangkan untuk melengkapi sensasi makan ala Afrika juga tak kalah beda. "Sambal buatan kami dicampur dengan kemiri yang diblender," kata Kurin.
Lantaran orang Afrika tak biasa dengan rasa pedas yang menyengat, blenderan kemiri dihidangkan berdampingan dengan sambal untuk menetralkan pecutan cabai merah yang mengentak. Jadi, pedasnya sambal tak bakal membuat lidah panas.
Tak cuma bawang bombai dan sambal, Rokhiya memperkuat ciri khas masakan Afrika dengan menghadirkan pisang tanduk. Pisang digoreng lalu dihidangkan bersamaan dengan ayam dan nasi. Namun pisang hanya alternatif bila tamu ingin merasakan keotentikan rasa masakan tanah Afri. "Pisang dijual terpisah, harganya Rp 6.000 per piring," tutur Karin.
Lama dibuka di pusat kuliner Jalan Jaksa, warung itu kini pindah ke sebuah gang kecil di Kebon Sirih Timur, Jakarta Pusat. Meski demikian, Rokhiya dan keluarga tak kehilangan pelanggan. Salah satu pembeli loyal adalah Febriana Dyah, 26 tahun.
Perantau asal Jombang, Jawa Timur, itu telah menjadi pengunjung setia dalam beberapa tahun terakhir. "Enak dan lain. Sensasi bawang bombainya membuat ayam Afrika tak seperti pecel ayam biasa. Rasanya padu," katanya.
Anela, 25 tahun, pengunjung asal Sukabumi, yang baru pertama kali bertandang ke warung, juga tak kalah memberi kesan baik. "Saya suka pisangnya. Manis, tapi enggak benyek pas digoreng," katanya.
Sepiring ayam Afrika ramah di kantong pembeli. Harganya dibanderol Rp 17 ribu, lengkap dengan nasi. Selain ayam, tersedia juga kambing yang seharga Rp 44 ribu per porsi.
Bila ingin berkunjung untuk sarapan, tamu sebaiknya datang pagi-pagi benar pukul 06.00, sebelum warung ramai diserbu orang-orang yang berkantor di sekitar Kebon Sirih.