Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 membuat orang sadar untuk tetap aktif demi kesehatan, kebugaran, dan kekebalan tubuh. Namun, di tengah pembatasan aktivitas, ruang untuk tetap aktif juga terbatas. Akibatnya, banyak yang salah kaprah dengan konsep untuk tetap aktif dan membuat fraktur stres atau tulang retak rambut meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter di India telah melihat peningkatan signifikan dalam jumlah orang yang mengalami tulang retak ini. Dilansir dari Indiaexpress, konsultan senior ortopedi dan kepala layanan kaki dan pergelangan kaki, Pusat Cedera Tulang Belakang India, New Delhi, Dr. Maninder Shah Singh, mengatakan sebelum pandemi biasanya mendapatkan 15-18 kasus fraktur stres dalam setahun. Namun, kasus tahun ini meningkat dua kali lipat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami telah menerima lebih dari 30 kasus sejauh ini, yang merupakan peningkatan signifikan. Sebagian besar pasien termasuk dalam kelompok usia 30-40 tahun, diikuti oleh 40-50 tahun,” katanya.
Dia juga menambahkan sebagian besar pasien tersebut tidak pernah melakukan latihan keras seperti lari, olahraga, atau lompat. Namun, dengan maraknya diskusi seputar kesehatan, kekebalan, dan kebugaran di tengah pandemi membuat orang-orang memilih untuk aktif dan itu merupakan kejutan bagi tubuh yang tidak terbiasa karena sudah lama tidak dikondisikan untuk kegiatan seperti itu.
“Kami telah menyarankan mereka RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) sebagai pertolongan pertama dan itu benar-benar menghentikan. Tidak satu pun yang memerlukan operasi,” jelasnya.
Istilah fraktur stres mengacu pada retakan yang sangat kecil pada tulang. Itu dapat terjadi akibat trauma berulang dan umumnya ditemukan di tulang kering, kaki, tumit, pinggul, dan punggung bawah. Gejala yang umum terjadi adalah nyeri.
Nyeri tersebut akan berkurang selama istirahat tetapi bisa meningkat selama aktivitas normal sehari-hari. Misalnya, pembengkakan di bagian atas kaki atau di bagian luar pergelangan kaki. Lalu, pada sebagian orang juga bisa terlihat memar.
“Melompat-lompat berulang kali, berlari jarak jauh, atau memakai alas kaki yang salah atau usang dapat menyebabkan fraktur stres. Jika dibiarkan tanpa pengawasan, rasa sakit seperti itu di lokasi tulang retak dan sekitarnya dapat meningkat. Itu akan meningkatkan risiko menderita patah tulang total pada tulang yang terkena, ” papar Singh.
Dia menambahkan tulang retak adalah cedera yang paling sering terlihat pada atlet dan rekrutan militer. Fraktur seperti itu lebih sering terjadi pada bagian tubuh bawah daripada atas. Cedera ini harus diperiksa untuk yang datang dengan rasa sakit setelah peningkatan aktivitas terakhir dengan istirahat terbatas.
Cedera ini dimulai dengan stres berulang dan berlebihan pada tulang yang dapat mengakibatkan percepatan remodeling tulang normal, produksi fraktur mikro, atau disebabkan tidak cukupnya waktu untuk tulang untuk memperbaiki diri, cedera tulang, dan akhirnya tulang retak. Pasien disarankan RICE sebagai pertolongan pertama dan berhenti total jalan pagi atau lari selama sekitar enam minggu.
Baca juga: Cegah Osteoporosis dengan 3 Makanan Berikut