Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Curhat di medsos atau media sosial telah diketahui sebagai suatu kebiasaan yang kurang bijak. Salah satu kerugiannya adalah masalah pribadi yang terumbar di di hadapan banyak orang.
Kendati begitu, masih banyak orang yang melakukan "kesalahan" ini lagi dan lagi. Curhat di media sosial bahkan seolah menjadi candu bagi sebagian orang.
Psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi Anna Margaretha Dauhan menyebutkan bahwa kondisi ini akan berbeda - beda, tergantung apa yang mendorong orang tersebut untuk curhat dan bagaimana respons yang didapatnya dari media sosial.
Baca juga:
Radial Tenosynovitis: Bengkak di Pangkal Ibu Jari, Bahayakah?
Mengatasi Radial Tenosynovitis, Jangan Dipijat
Mengenal Prosedur Gugat Cerai, Belajar dari Kasus Nafa Urbach
"Kalau memang curhat di media sosial untuk mendapatkan perhatian dan simpati, dan jika reaksi terhadap curhatannya simpatik, orang tersebut biasanya tidak menyesal (curhat di media sosial)," kata Anna Margaretha Dauhan. "Tapi kalau curhatan di media sosial hanya impulsif atau karena dorongan emosi kesal atau marah sesaat saja, bisa saja setelah itu jadi ada penyesalan. Terutama setelah reda emosinya," lanjutnya.
Oleh sebab itu, agar tidak sampai melakukan sesuatu yang akan disesali, Anna Margaretha Dauhan menganjurkan agar kita mendahulukan mencari seseorang yang dapat dipercaya dan simpatik untuk mendengarkan, sebelum memutuskan curhat ke media sosial.
"Atau jika tidak tertahankan emosi kesal dan marahnya, kita bisa melakukan beberapa teknis relaksasi seperti menarik napas dalam beberapa kali sampai lebih tenang," ujar Anna Margaretha Dauhan. "Setelah lebih tenang, kita akan bisa lebih jernih dalam memikirkan langkah selanjutnya, termasuk memilih media untuk curhat," pungkasnya.
TABLOIDBINTANG.COM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini