Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dampak Polusi Udara pada Anak Tingkatkan Risiko Masalah Pernapasan saat Dewasa

Paparan polusi udara pada masa kanak-kanak berisiko masalah paru-paru dan kemudian secara konsisten dikaitkan masalah pernapasan di masa dewasa.

2 Juli 2024 | 14.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Deretan gedung bertingkat yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat 21 Juni 2024. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 15.53 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) di Jakarta berada pada angka 155 yang menempatkannya sebagai kota besar dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia di bawah Kinshasa, Kongo. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Sekolah Kedokteran Keck di Universitas California Selatan di Amerika Serikat mengungkapkan paparan polusi udara pada masa kanak-kanak berisiko masalah paru-paru, yang kemudian secara konsisten dikaitkan dengan masalah pernapasan di masa dewasa. Polusi udara terkait masalah kesehatan seperti stroke, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, pneumonia, dan katarak. Risiko bronkitis anak-anak yang terpapar polusi udara akan meningkatkan di kemudian hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami menduga dampak yang dapat diamati pada kesehatan pernapasan anak-anak ini akan menjelaskan hubungan antara paparan polusi udara pada anak-anak dan kesehatan pernapasan saat dewasa. Hasil penelitian kami menunjukkan paparan polusi udara pada anak-anak berdampak yang lebih halus pada sistem pernapasan dan masih berdampak di masa dewasa," kata penulis korespondensi Erika Garcia, seperti dikutip Medical Daily.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bronkitis sampai Batuk Kronis
Penemuan ini berasal dari studi komprehensif yang melacak kelompok warga California Selatan dari usia sekolah selama puluhan tahun hingga dewasa. Penelitian ini melibatkan 1.308 peserta dari Children's Health Study. Pada usia rata-rata 32 tahun saat evaluasi dewasa, para peneliti menanyakan tentang gejala terkini seperti bronkitis, batuk kronis, atau hidung tersumbat dengan dahak yang tidak terkait flu. Sekitar 25 persen peserta melaporkan mengalami gejala-gejala ini dalam setahun terakhir.

Para peneliti mencatat hubungan antara paparan polusi udara pada masa kanak-kanak dan gejala bronkitis saat dewasa tetap ada, bahkan setelah disesuaikan dengan gejala asma atau bronkitis di awal kehidupan. Mereka menemukan gejala bronkitis berhubungan dengan paparan dua jenis polutan sejak lahir hingga usia 17 tahun. Salah satu jenisnya meliputi partikel halus dari sumber seperti debu, serbuk sari, abu kebakaran hutan, emisi industri, dan gas buang kendaraan.

Polutan lain seperti nitrogen dioksida dihasilkan oleh pembakaran kendaraan, pesawat terbang, kapal, pembangkit listrik, dan diketahui dapat membahayakan fungsi paru-paru. Para peneliti mencatat anak-anak sangat rentan terhadap dampak polusi udara karena sistem pernapasan dan kekebalan tubuh masih berkembang. Selain itu, mereka menghirup lebih banyak udara sesuai massa tubuh dibanding orang dewasa.

"Studi ini menyoroti pentingnya menurunkan polusi udara, terutama paparan selama periode kritis masa kanak-kanak. Karena hanya sedikit yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan paparan, kebutuhan untuk melindungi anak-anak dari dampak buruk polusi udara sebaiknya ditangani di tingkat pemerintah," saran Garcia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus