Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Disonansi kognitif secara sederhana dipahami sebagai pertentangan mental. Contohnya ketika keyakinan dan perilaku tak sejalan, karena saling bertentangan. Tidak adanya konsistensi menyebabkan konflik batin yang membuat tidak nyaman dan tak menyenangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biasanya untuk meredakan ketaknyamanan tersebut bisa meminta penilaian dari orang lain tentang perilakunya. Tapi, bisa pula dengan menolak pendapat orang lain.
Tanda Disonansi Kognitif
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Verywell Mind, tanda-tanda disonansi kognitif bisanya muncul setelah seseorang berada di tahapan tertentu.
1. Merasa tidak nyaman sebelum melakukan sesuatu atau mengambil keputusan.
2. Mencoba membenarkan keputusan yang dibuat atau tindakan yang telah diambil.
3. Merasa malu atas sesuatu yang telah dilakukan dan berusaha menyembunyikan tindakan tersebut dari orang lain.
4. Muncul rasa bersalah atau penyesalan sesuatu yang telah dilakukan pada masa lalu.
5. Melakukan sesuatu karena tekanan sosial atau rasa takut ketinggalan (FOMO), meskipun itu bukan sesuatu yang diinginkan.
Contoh Disonansi Kognitif
1. Ingin sehat, tapi tidak rutin berolahraga atau mengonsumsi makanan bergizi. Akibatnya, merasa bersalah terhadap diri sendiri.
2. Tahu kalau merokok atau minum alkohol terlalu banyak akan berbahaya bagi kesehatan, tapi tetap diteruskan. Biasanya sambil berdalih sedang mengalami stres berat.
3. Ingin menambah tabungan, tapi cenderung terus mengeluarkan uang untuk kesenangan diri. Setelah itu menyesali keputusan ini pada kemudian hari. Penyesalan muncul ketika menghadapi pengeluaran tak terduga yang tidak mampu ditanggung
4. Memiliki daftar tugas yang panjang, tapi menghabiskan hari itu menonton acara favorit.
Penyebab Disonansi Kognitif
Dikutip dari Wall Street Mojo, disonansi kognitif penyebabnya antara lain:
1. Keyakinan yang Bertentangan
Ini penyebab utama situasi nilai seseorang tidak sesuai dengan perilaku orang tersebut
2. Terlalu Memilih
Orang terkadang mencari situasi yang mendukung sifat perilakunya. Namun, malah menemukan situasi yang bertentangan dengan keinginannya
3. Pengambilan Keputusan
Seseorang mungkin merasakan efek disonansi kognitif jika tidak bisa mengambil keputusan secara cepat. Biasanya merasa sulit untuk memilih antara opsi-opsi yang peluangnya sama berharga.
4. Tekanan Sosial
Adanya tekanan sosial mendorong seseorang berubah keyakinannya untuk tetap menjadi bagian dari suatu kelompok.
Pilihan Editor: Orang Bossy, Mengenali Penyebab Munculnya Sikap Itu