Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Dokter Sebut Masuk Sekolah Jam 5 Pagi Bisa Turunkan Imunitas Anak

Dokter anak menyebut kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi bisa berpotensi menurunkan imunitas anak yang masih mengalami pertumbuhan.

3 Maret 2023 | 11.52 WIB

Sejumlah pelajar SMA mengikuti apel pagi penerapan aktivitas sekolah mulai pukul 05.00 WITA di halaman SMA Negeri I Kupang di Kota Kupang, NTT, Rabu, 1 Maret 2023. Pemerintah provinsi NTT menerapkan kebijakan aktivitas sekolah bagi SMA/SMK Negeri di NTT dimulai pukul 05.00 WITA dengan alasan untuk melatih karakter siswa/siswa SMA/SMK di NTT.  ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Perbesar
Sejumlah pelajar SMA mengikuti apel pagi penerapan aktivitas sekolah mulai pukul 05.00 WITA di halaman SMA Negeri I Kupang di Kota Kupang, NTT, Rabu, 1 Maret 2023. Pemerintah provinsi NTT menerapkan kebijakan aktivitas sekolah bagi SMA/SMK Negeri di NTT dimulai pukul 05.00 WITA dengan alasan untuk melatih karakter siswa/siswa SMA/SMK di NTT. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Beragam reaksi bermunculan terkait kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi di Nusa Tenggara Timur. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan kebijakan yang mengharuskan siswa  masuk sekolah pukul 05.30 pagi bisa berpotensi menurunkan imunitas anak yang masih mengalami pertumbuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Sebetulnya yang terpenting bagi anak itu adalah kualitas tidur yang cukup,” kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menanggapi kebijakan tersebut, Piprim mengingatkan kualitas tidur sangat mempengaruhi kondisi kesehatan. Idealnya, anak-anak yang duduk di bangku SMA saja butuh tidur 7-8 jam sehari. Piprim mencontohkan jika anak tidur pada awal malam seperti pukul 20.00 dan terbangun pukul 04.00, maka ia sudah bisa dikatakan punya waktu tidur cukup dan akan merasa lebih bugar.

“Tapi masalahnya bisa tidak anak-anak SMA sekarang tidur di awal malam? Kalau dia tidurnya jam 12 karena main handphone dulu lalu besok paginya harus berangkat pagi, kualitas tidurnya hanya berkisar empat jam saja,” katanya.

Pertimbangkan kualitas tidur
Piprim menyoroti kebiasaan anak yang kini tidak bisa lepas dari gawai akan lebih mempengaruhi kualitas tidur, ditambah jam masuk sekolah yang semakin maju, maka dikhawatirkan anak justru lebih banyak memilih untuk begadang. Jika setiap hari anak memilih untuk begadang, maka sekitar 30 persen sel Natural Killer (NK) yang bermanfaat sebagai sel pelindung dalam tubuh anak akan hancur sehingga imunitas bisa terganggu.

“Begadang semalam saja itu ada 30 persen sel natural killer hancur, itu sel kekebalan. Jadi, begadang semalam saja imunitas menurun, apalagi kalau anak SMA setiap hari harus begadang karena sekolah pagi-pagi sekali,” tuturnya.

Piprim juga menambahkan hal lain yang harus diperhatikan adalah dukungan sosial di sekitar anak. Ia mengkhawatirkan adanya potensi anak terabaikan karena anggota keluarga lain masih tertidur ketika anak butuh sarapan atau persiapan keperluan lain. Piprim berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT bisa menimbang kembali kebijakan tersebut dengan lebih memperhatikan kesehatan anak-anak.

“Sebenarnya cukup tidak kualitas dan kuantitas tidurnya? Kalau cukup tidak ada masalah sebetulnya karena belajar di pagi-pagi otak lebih fresh asal tidur cukup. Saya kira dukungan sosial dan tidurnya itu yang cukup,” tandasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus