Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Sebelum berkembang di Indonesia, fotografer Fauzie Helmy sempat dianggap aneh karena memilih mainan sebagai fokus fotografi. "Awalnya saya sempat dicemooh, kenapa bawa mainan sampai ke Nusa Tenggara, Aceh, Kalimantan, tempat yang jauh dan butuh tenaga serta biaya untuk mencapainya," kata Fauzie dalam diskusi fotografi Global Tiger Day 2018 di Jakarta, Senin.
Baca juga: Hobi Fotografi Bawah Laut? Tips Foto di Malam Hari untuk Pemula
Hasil karya penulis buku "Dunia Tanpa Nyawa" itu kini bisa dilihat di akun media sosialnya. Deretan foto mainan, biasanya berbentuk hewan, plastik dengan latar belakang alam indah Indonesia.
Tujuannya bukan sekadar hobi. Fotografi mainan adalah cara Fauzie menyentil masyarakat untuk peduli lingkungan demi kelestarian satwa.
"Supaya di kemudian hari anak-anak kita tidak cuma melihat hewan dalam bentuk mainan plastik," kata dia.
Beberapa tahun berlalu, apa yang digelutinya menarik perhatian banyak orang, terlihat dari munculnya komunitas-komunitas toys photography di kota-kota besar.
Dinosaurus Indoraptor/Bisnis.com
Berawal dari pekerjaan yang mengharuskannya memotret dengan mainan sebagai objek, Fauzie mulai berkenalan dengan produsen-produsen mainan yang mengajaknya berkolaborasi. Kenalannya semakin bertambah hingga akhirnya nama Fauzie identik dengan fotografer mainan.
"Sebenarnya saya itu dulu memotret untuk fotografi komersial, untuk iklan dan produk, tapi sudah dilabeli toys photographer akhirnya melekat jadi karakter saya," kata dosen di Institut Seni Indonesia Surakarta, Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta dan Universitas Negeri Jakarta.
Memotret mainan sama saja dengan menjadi sutradara yang harus mengarahkan aktor dalam sebuah lakon.
Dia harus "meniupkan nafas" pada benda-benda mati dengan cara mengatur komposisi, pencahayaan sampai cerita yang mau diungkapkan lewat foto.
"Membuat mainan seolah-olah hidup adalah tugas kita," ujar Fauzie yang punya satu ruangan khusus di rumah untuk menampung semua mainan miliknya.
Baca juga: Pencahayaan Paling Penting dalam Food Photography, Lalu Apalagi?
Dari segi komposisi, mainan harus diposisikan agar terlihat lebih besar, setinggi makhluk aslinya atau manusia.
"Waktu kamera belum canggih, saya harus memotret sambil tengkurap," katanya.
Sering kali dia memilih latar belakang air, seperti sungai, laut dan air terjun. Seorang fotografer mainan harus gesit "menyelamatkan" mainan yang terbawa arus, juga sigap menjaga kamera dari percikan air atau ombak.
Pencahayaan yang baik juga akan membuat mainan terlihat lebih berdimensi dan nyata.
"Ekspresi, gestur dan detil mainan bisa terekspos dengan baik sehingga pesan juga tersampaikan," ujar Fauzie yang memanfaatkan highlight sampai bayangan dalam fotonya.
Riset juga perlu, agar dia bisa menempatkan mainan hewan di latar belakang yang cocok dengan habitat, juga memahami perilaku binatang agar dia tidak salah dalam mengarahkan sang "aktor".
Ilustrasi Dinosaurus Frankenstein. Kredit: CNN
Setiap kali memotret mainan, seorang fotografer harus memikirkan "sandiwara kecil" yang diekspresikan lewat komposisi foto, latar belakang dan properti yang sesuai.
Fotografer yang akan menggelar pameran di empat negara, termasuk China dan Singapura, itu mengingatkan untuk selalu membersihkan kotoran yang melekat pada mainan, termasuk minyak, debu sampai sidik jari.
Tak hanya itu, pastikan mainan berada di dalam tempat yang aman sehingga proses pemotretan berjalan lancar. Ia pernah membawa mainan berbahan kertas ke Dieng, tapi pemotretan gagal akibat mainannya penyok.
"Pastikan kamera dan aksesorisnya dalam kondisi yang siap digunakan," imbuh dia.
Terakhir, jangan lupa untuk terus berinovasi. Jangan lupa berlatih dan mengembangkan imajinasi, terus mencoba hal-hal baru dan jangan ragu melakukan ide-ide gila seperti fotografi mainan di dalam kobaran api atau di dalam air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini