Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Gejala, Penyebab, dan Penularan Demam Babi Afrika

Demam babi Afrika menular pada babi domestik dan babi liar dengan tingkat kematian yang bisa mencapai 100 persen.

20 Desember 2024 | 09.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan membentuk satuan tugas untuk mengantisipasi wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Hal tersebut dibahas dalam rapat koordinasi terbatas lintas kementerian yang digelar di gedung BPPT I, Jakarta Pusat, pada Rabu, 18 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Barusan kami selesaikan (pembahasan) agar ini bisa kami tanggulangi dengan cepat. Tadi disepakati untuk dibuat satuan tugas (satgas),” kata Menteri yang akrab disapa Zulhas tersebut dalam konferensi pers usai rapat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa itu Demam Babi Afrika?

Dilansir dari Woah.org, demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) adalah penyakit virus yang sangat menular pada babi domestik dan babi liar dengan tingkat kematian yang bisa mencapai 100 persen. Penyakit ini tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, tetapi memiliki dampak yang menghancurkan pada populasi babi dan perekonomian peternakan.

Virus ini sangat tahan di lingkungan, yang berarti dapat bertahan pada pakaian, sepatu, roda kendaraan, dan berbagai material lainnya. Virus ini juga dapat bertahan dalam berbagai produk daging babi, seperti ham, sosis, atau bacon. Karena itu, perilaku manusia dapat berperan penting dalam menyebarkan penyakit babi ini melintasi perbatasan jika langkah-langkah pencegahan yang memadai tidak diambil.

Di Afrika, virus ASF menyebabkan infeksi tanpa gejala pada warthog, babi hutan (bushpigs), dan kutu lunak Ornithodoros moubata. Ketika penyakit ini menjadi endemik di Spanyol selatan dan Portugal, spesies kutu lunak yang berbeda (Ornithodoros erraticus) terinfeksi virus tersebut. Beberapa spesies Ornithodoros lainnya yang biasanya tidak berasosiasi dengan babi domestik atau babi liar juga telah terinfeksi ASFV secara eksperimental.  

ASF sebelumnya dianggap terbatas di wilayah sub-Sahara Afrika hingga 1957, ketika terjadi wabah di Portugal akibat limbah dari penerbangan maskapai yang diberikan sebagai pakan babi di dekat bandara Lisbon. Introduksi ASF ke Portugal kembali dilaporkan pada 1960. ASF tetap menjadi endemik di Semenanjung Iberia hingga pertengahan 1990-an.

Dikutip dari Nre.tas.gov.au, pada 2018, ASF pertama kali dilaporkan di Tiongkok. Virus ini diduga telah beredar sejak Maret 2018. Tiongkok memiliki populasi babi terbesar di dunia, dan wabah ini telah mengurangi populasi tersebut secara signifikan sehingga berdampak pada skala global.

Penyakit ini telah menyebar ke negara-negara tetangga di Asia Tenggara, termasuk Vietnam, Kamboja, Filipina, Indonesia, dan Timor Leste. Penyebarannya diperkirakan akan terus berlanjut dan meningkatkan ancaman masuknya penyakit ini ke Australia.

Gejala, Penyebab, dan Penularan Demam Babi Afrika

Gejala klinis ASF meliputi demam, depresi, kehilangan nafsu makan, serta munculnya bercak merah, ungu, atau biru pada telinga, hidung, dan anggota tubuh. Muntah dan diare (diare berdarah pada ASF) dapat terjadi seiring perkembangan penyakit, disertai batuk dan kesulitan bernapas. Keguguran juga dapat terjadi pada induk babi (sow).

Namun jangan berasumsi bahwa kedua penyakit ini selalu menyebabkan kematian dalam jumlah besar. ASF dapat terjadi dalam bentuk yang lebih ringan, dengan tingkat kematian yang lebih rendah, perjalanan penyakit yang lebih lama, dan gejala yang kurang akut seperti depresi, kehilangan nafsu makan, demam yang naik turun, dan penambahan berat badan yang buruk. Situasi seperti ini juga harus diperiksa oleh dokter hewan.

Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung dengan babi yang terinfeksi, atau melalui kontak dengan kandang, truk, atau pakaian yang terkontaminasi. Pada kedua penyakit, babi dapat tetap menjadi pembawa virus dalam jangka waktu yang lama, sehingga pergerakan babi selama wabah harus sangat dibatasi.  

Pemberian pakan babi yang dilarang berperan besar dalam penyebaran ASF, baik di dalam maupun antar negara. Pakan babi yang dilarang pada dasarnya adalah daging atau bahan yang terkontaminasi daging (misalnya, limbah dapur). Virus ASF dapat bertahan dalam waktu lama pada daging yang telah diproses, didinginkan, atau dibekukan.

Sebagian besar penyebaran internasional ASF terkait dengan pemberian pakan limbah dari bandara internasional atau pelabuhan. Pemberian daging impor ilegal kepada babi merupakan cara yang paling mungkin bagi salah satu dari penyakit ini untuk masuk ke Australia.

Hanin Marwah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus