Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Hapus Tato Pakai Parutan Keju, Penyakit Tetanus Menyerang

Seorang pria berusia 21 tahun di Argentina baru saja menderita penyakit tetanus karena menghapus tato dengan parutan keju.

4 Oktober 2019 | 21.30 WIB

Ilustrasi tato. Discovery.com
Perbesar
Ilustrasi tato. Discovery.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria berusia 21 tahun di Argentina baru saja menderita penyakit tetanus karena menghapus tato dengan parutan keju.

Awalnya, pria yang tidak diketahui namanya ini ingin menjadi seorang anggota kepolisian bandara. Meski tidak ada aturan mengenai kepemilikan tato, namun ia takut jika tato yang ada di tangan itu akan membuatnya gagal diterima. “Saya hanya khawatir tidak lolos seleksi. Jadi saya mencari alternatif mudah dan cepat untuk menghilangkan tato,” katanya seperti yang dilansir dari situs The Sun pada 3 Oktober 2019.

Ia pun menemukan sebuah video di Youtube tentang penggunaan parutan keju untuk menghilangkan tato. Kemudian, ia segera mempraktekkan dan akhirnya justru mengeluarkan banyak darah. Ia lantas memutuskan untuk pergi ke dokter agar darah itu berhenti mengalir. “Saat saya sampai di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa saya mengidap tetanus,” katanya.

Seperti yang dilansir dari situs Mayo Clinic, tetanus adalah penyakit disebabkan oleh racun yang dibuat oleh spora bakteri clostridium tetani. Umumnya, ini ditemukan pada tanah, debu, dan kotoran hewan. Namun, tidak menutup kemungkinan jika ini juga didapati dari bahan besi yang berkarat seperti perabotan rumah, peralatan kantor hingga barang otomotif.

Untuk mengatasi masalah kesehatan ini, pria tersebut kini harus menggunakan desinfektan setiap hari. “Setiap hari selama satu minggu, saya harus pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan vaksinasi tetanus,” katanya.

Situs Health Line mengatakan bahwa menggunakan disinfektan dilakukan untuk membunuh spora bakteri. Sebab jika tidak ditangani dengan segera, bakteri yang masuk ke dalam tubuh dapat menghasilkan toksin tetanospasmin dan merusak saraf yang mengendalikan otot-otot seseorang. Akibatnya, pasien bisa mengalami kejang hingga kematian.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | THESUN | MAYOCLINIC | HEALTHLINE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus