Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Istilah alay kembali trending. Kali ini karena Deddy Corbuzier berkomentar soal suatu tayangan televisi yang dianggapnya alay.
Sebelumnya, istilah alay ini lebih dipakai pada para penonton acara-acara televisi yang disebut anak alay. Apa itu anak alay? Seperti disebutkan Oji, koordinator anak alay waktu itu: "Intinya sih harus bisa nikmatin acara aja, kalau dia (pengisi acara) ngelucu kita ketawa. Tepuk tangan, gitu aja." katanya seperti yang ditulis juga di TEMPO.CO
Koordinator lapangan dalam setiap acara bertugas untuk mengatur jumlah orang yang dibawa, mengatur posisi duduk agar enak dilihat kamera. Selain harus kuat mata, fokus, dan bisa menikmati acara, para penonton bayaran ini juga harus dapat mengetahui gerak-gerik kamera di dalam studio. "Mereka tahu kapan mesti berekspresi. Tahu posisi kamera di mana, kapan mereka disorot kamera," lanjut Oji.
Baca juga:
4 Jurus Anti Kerutan di Kulit Wajah, Ada Jeruk Nipis
Momen Romantis Tak Perlu Rekayasa, Intip Pasangan yang Satu Ini
Roy Kiyoshi : Paranormal yang Takut Melihat Masa Depan
Nah, apakah sama alay yang disebutkan Oji dengan yang dimaksud Deddy Corbuzier? Deddy Corbuzier membandingkan acara alay dengan sabun.
Perbadingan acara alay dan sabun diungkapkan Deddy Corbuzier dalam vlog terbaru pada Sabtu malam 17 Maret 2018. Vlog menampilkan aksi Deddy Corbuzier meminta masyarakat untuk menilai jenis sabun apa yang lebih laku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Seperti apa yang saya bilang soal hukum piramida. Yang bawah itu besar banget. Jadi kalau sabun batang dijual dengan sabun cair dijual yang paling laku menurut Anda itu, smart people adalah… sabun batang,” tutur Deddy Corbuzier.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Deddy Corbuzier, sabun batang lebih laku karena “masyarakat dalam piramida lebih mampu membelinya”. Perbandingan sabun tersebut kemudian dihubungkan dengan acara alay. Acara tersebut terus menjamur sehingga masyarakat yang menempati piramida terbesar di bawah otomatis tetap menontonnya.
Deddy Corbuzier menilai dampaknya kurang baik terhadap masyarakat. Pola pikir mereka tidak akan berubah, sehingga sulit meraih kesuksesan.
“Masalahnya adalah masyarakat yang ada di bawah ketika tetap melihat tayangan-tayangan seperti itu, pola pikirnya tidak pernah berubah. That’s why mereka tidak bisa menjadi orang sukses karena tidak berusaha untuk menanjak dan naik ke atas. That’s why I care about them (Inilah mengapa saya peduli dengan mereka),” ujar Deddy Corbuzier.
Deddy Corbuzier mulai membahas tentang acara dan artis alay dalam sebuah vlog awal Maret kemarin. Vlog tersebut menjadi viral dan sudah disaksikan oleh lebih dari 1,1 juta penonton. Karena kehebohan video tersebut, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengundang Deddy Corbuzier bersama 12 rektor Perguruan Tinggi Negeri untuk melakukan diskusi.
AISHA | TABLOIDBINTANG