Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Info Hidup Sehat

30 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Waspadai Pemicu Diare Kala Puasa

PERUT Marzuki, 40 tahun, terasa melilit. Padahal waktu belum menunjukkan pukul sebelas siang. Serangan mencret-mencret pun tak tertahankan. Karena tak kuat menahan sakit, dia terpaksa meminum obat penghilang rasa nyeri perut dan antidiare, sehingga batallah puasa Ramadannya hari itu. Penyebabnya, ternyata, lelaki dengan tiga putra itu menyantap sepotong rendang dan sepiring nasi saat sahur.

Salah pola makan sahur ternyata menjadi penyebab batal puasa 60 persen pasien yang datang ke dokter spesialis gastronomi, Ari Fahrial Syam, pada 10 hari pertama Ramadan. Menurut dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta itu, makan sahur sebaiknya diperlakukan seperti sarapan. ”Jangan terlalu berat dan pedas, apalagi makanan sisa berbuka,” katanya. Karena itu, dokter Ari menyarankan, saat sahur, pilihlah makanan fresh, yang dimasak saat itu. ”Cukup, misalnya, nasi putih dengan telur ceplok yang baru digoreng.”

Dokter Ari juga menyarankan, pada saat sahur, jangan makan makanan yang banyak mengandung lemak. Sebab, makanan berlemak membuat proses pencernaan panjang. ”Apalagi diakhiri dengan tidur. Makanan bisa berbalik arah dan sulit segera dicerna,” ujarnya. Menurut dia, puasa bukan memadatkan tiga kali makan menjadi dua kali, ”Tapi mengurangi porsi makan menjadi dua kali dalam sehari.”

Satu lagi yang perlu dihindari agar pencernaan tetap beres saat puasa adalah minum obat sakit kepala atau demam ketika buka puasa. ”Biasanya pada awal puasa sering kena sakit kepala akibat kurang tidur atau perubahan pola tidur,” kata dokter Ari. Nah, umumnya, untuk mengatasi nyeri sakit kepala, tanpa pikir panjang, orang minum obat sakit kepala. ”Jika terpaksa minum obat, pilihlah hanya yang mengandung parasetamol, jangan yang mengandung zat lain,” ujarnya.

Obat analgesik antipiretik atau pereda demam, menurut dokter Ari, akan mengganggu pencernaan. ”Sakit kepala dan demam, jika bisa dihilangkan dengan tidur sebentar, lebih baik tak usah dengan makan obat,” katanya.

Detoksifikasi Selama Ramadan

Puasa Ramadan selama sebulan ini sebenarnya bisa menjadi saat tepat untuk membersihkan racun-racun (detoksifikasi) dalam tubuh. Menurut ahli pengobatan alami (naturopatik) Riani Susanto, pembuangan racun bisa terjadi bila asupan makan dan minum saat berbuka berupa zat yang sehat dan tidak berlebihan. ”Saat buka, dahuluilah dengan beberapa potong buah. Setelah itu, boleh menyantap yang lain,” katanya.

Begitu juga saat sahur, menurut Riani, cukup dengan jus setengah liter, havermut secukupnya, dan satu butir telur rebus. Dengan makanan seperti itu, Anda sudah bisa beraktivitas seperti biasa sampai pukul empat sore. ”Kan, tinggal dua jam lagi. Itu ujiannya,” ujarnya.

Menurut Riani, saat ini yang paling populer dan relatif menyehatkan adalah detoksifikasi menggunakan jus buah dan sayur. Hal ini juga bisa diterapkan saat Ramadan. ”Selama melakukan detoks, tidak boleh mengkonsumsi makanan yang dikunyah. Pencernaan diistirahatkan. Alat pencernaan memang lebih membutuhkan istirahat,” katanya.

Detoksifikasi yang menggunakan jus membutuhkan persiapan. Sebelum masuk tahap itu, harus melalui tahap precleansing, yaitu lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran serta mengurangi makanan yang mengandung terigu. Tahap precleansing ini dilakukan selama satu hingga dua minggu, agar tubuh siap.

Setelah itu, masuk fase intensive detox. Menurut Riani, secara umum, lamanya waktu detoksifikasi bervariasi, mulai 36 jam hingga 42 hari, tergantung kondisi dan tujuan setiap individu. Selama detoks, orang hanya boleh mengkonsumsi jus dan cairan. Setelah pembuangan racun-racun dirasa cukup, Anda boleh makan asupan lain. ”Tapi tidak boleh sembarangan. Misalnya langsung menyantap nasi padang. Bisa berantakan,” ujarnya. Salah makan bisa menyebabkan hasil detoks lenyap.

Terapi jus ini berguna membantu proses pembuangan racun. ”Agar tubuh dapat mengalami healing process,” kata Riani. Terapi jus juga berguna untuk mengurangi berat badan, menghaluskan kulit, mencegah kadar kolesterol yang tinggi, dan menstabilkan tekanan darah.

Ahmad Taufik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus