Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Anda yang aktif bermain media sosial seperti TikTok, mungkin akan menemukan beberapa unggahan yang menggunakan kata ‘WIR’ atau ‘wir’ dalam keterangannya. Kata tersebut kerap disematkan oleh para kreator konten seolah-olah sedang mengajak berbicara seseorang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Umumnya, kata wir ini dipakai sebagai kata ganti seseorang. Fenomena ini berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan bahasa gaul yang semakin melebar karena kulturisasi bahasa dengan kondisi yang sedang terjadi di masyarakat. Apalagi, keberadaan media sosial menyebabkan perkembangan bahasa menjadi semakin cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas, apa sebenarnya arti kata wir yang viral di TikTok? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Arti Kata Wir
Kata ‘wir’ saat ini menjadi salah satu hal yang viral di platform media sosial TikTok. Tak jarang, beberapa kreator konten menyematkan kata ini dalam keterangan unggahannya. Beberapa kalimat yang kerap digunakan bersama kata ini antara lain “Ibaratnya gini wir…” dan “Yaudah sih wir”.
Kata wir ini tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tetapi, jika memperhatikan konten-konten video yang viral di TikTok, ini merupakan kependekan dari kata Jawir.
Sementara itu, Jawir adalah bahasa Jawa yang merupakan singkatan dari kata Jawa Ireng atau Jawa Hitam. Istilah ini, bahkan pernah populer pada tahun 1980 hingga 1990-an. Sebutan ini berawal dari kata ‘Jawi’ yang dulu merupakan nama asli Pulau Jawa.
Seiring berjalannya waktu, kata Jawi tersebut mengalami perubahan makna yang merujuk pada sebutan atau julukan untuk orang-orang yang berasal dari Tanah Jawa. Kata ini umumnya dipakai untuk orang-orang yang berbicara medok atau berlogat kental.
Kata wir ini akhirnya digunakan sebagai julukan untuk orang yang memiliki logat bicara khas Jawa yang kental, namun berlagak menggunakan bahasa gaul. Tak jarang, kata ini juga konon dipakai sebagai kata umpatan untuk menunjukkan ekspresi kekesalan kepada orang Jawa yang memiliki perilaku menyebalkan.
Meski begitu, kini kata ‘wir’ atau ‘Jawir’ dipakai sebagai panggilan atau kalimat sapaan untuk seseorang. Ini menjadi pengganti untuk kata ganti kamu, dia, atau kita. Kata ini juga dipakai untuk menimbulkan kesan yang lebih akrab dengan seseorang.
Penggunaan Kata Wir
Anda mungkin pernah menemukan unggahan yang menggunakan kata “yaudah sih wir” pada keterangannya. Hal ini merujuk pada penerimaan suatu pernyataan, kondisi, atau situasi tertentu. Beberapa contoh penggunaannya adalah sebagai berikut.
Untuk menerima suatu tawaran dalam percakapan
Contoh:
A: “Minggu depan Tulus konser nih di Jakarta, nonton enggak lo?”
B: “Ya kali enggak nonton wir.”
Penerimaan terhadap kejadian, situasi, kondisi, atau pernyataan tertentu
Contoh:
C: “Lo selalu dengerin temen lo curhat, tapi pas lo butuh mereka malah enggak ada.”
D: “yaudah sih wir, biarin aja.”
Untuk mengakhiri percakapan
Contoh:
E: “Lo mau denger cerita gue enggak?”
F: “Cepet wir, sebelum dosen masuk.”
Adapun beberapa contoh kalimat yang menggunakan kata ini adalah sebagai berikut:
“Gas lah, wir.”
“Buruan, wir.”
“Emang bisa gitu, wir?”
“Ibaratnya gini, wir…”
“Ya masa enggak, wir”
Istilah Bahasa Gaul Lainnya
Selain kata wir, terdapat beberapa istilah bahasa gaul lain yang kerap digunakan di media sosial Indonesia. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
- TBL: Takut Banget Lho
- Pick Me: Istilah yang merujuk pada seseorang yang mengaku dirinya berbeda dan tidak seperti orang pada umumnya.
- OVT: Overthinking atau memikirkan sesuatu secara berlebih.
- Red Flaghttps://www.tempo.co/tag/red-flag: Tanda untuk seseorang yang tidak cocok dengan Anda, tidak Anda sukai, dan merasa terganggu dengan perilakunya.
- Yellow Flag: Dalam sebuah hubungan, istilah ini ditunjukkan pada sesuatu yang harus diwaspadai. Bisa saja masalahnya terlihat sepele namun bisa menimbulkan hal serius.
- Green Flag: Merujuk pada hal-hal baik yang disukai dalam hubungan.
- Cringe: Perasaan geli, takut, malu, dan lainnya dalam konotasi negatif.
RADEN PUTRI
Pilihan Editor: 11 Tanda Hubungan Sudah Genting, Cek Tabiat Pasangan