Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Ini Rahasianya, Mengapa Wanita Lebih Menyukai Pria Humoris?

Wanita cenderung lebih menyukai pria humoris, baik dalam pergaulan maupun sebagai pasangan. Ini penelitiannya.

11 Juli 2021 | 06.57 WIB

Ilustrasi pria jatuh cinta. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi pria jatuh cinta. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Humoris atau seseorang yang punya selera humor umumnya lebih menarik dibanding mereka yang kaku. Semua orang suka tertawa, terutama ketika orang lain menciptakan sebuah lelucon. Seorang yang humoris bisa memecah suasana yang dingin dan penuh kekakuan. Seorang yang humoris biasanya lebih disukai, baik dia wanita maupun pria.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Lantas, mengapa Wanita lebih menyukai pria humoris? Apakah ada penjelasan ilmiah untuk ini? Jeffrey Hall, seorang profesor Ilmu Komunikasi di University of Kansas mempelajari hal ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dikutip dari laman Health Line, Hall memberikan contoh kondisi pertemuan pria dan wanita yang sebelumnya sama sekali tak saling mengenal. Ia menyebut jika semakin sering pria mencoba menjadi lucu dan semakin sering wanita tertawa, maka semakin besar kemungkinan wanita itu tertarik padanya.

Indikator yang menjadi ketertarikan adalah apabila keduanya terlihat tertawa bersama. “Dengan kata lain, humor adalah pertanda baik dari otak atau kecerdasan yang baik,” ujar Hall.

Dalam upaya untuk menyangkal hubungan antara humor dan kecerdasan, Hall melakukan tiga penelitian.

Mulanya, Hall melibatkan 35 orang untuk mempelajari 100 profil Facebook orang asing. Kemudian, evaluasi mereka dibandingkan dengan survei yang dilakukan oleh pengguna Facebook. Hall pun mempelajari survei untuk menentukan apakah orang yang menggunakan humor di Facebook cenderung lebih cerdas atau dianggap lebih cerdas.

"Kami menemukan tidak ada yang benar," katanya. "Bukannya orang yang lebih cerdas menempatkan lebih banyak hal lucu di Facebook atau orang yang lucu di Facebook dianggap lebih cerdas."

Studi kedua dilakukan dengan melibatkan hampir 300 mahasiswa. Mereka mengisi survei tentang humor dalam pacaran. Menilik hasilnya, Hall menemukan bahwa tak ada hubungan antara seberapa pintar seseorang dan seberapa lucu dia.

“Argumennya adalah seseorang yang pandai dengan kata-kata akan lebih lucu, tetapi bukan itu masalahnya. Orang-orang dengan IPK lebih tinggi atau yang lebih baik dalam tes standar tidak lebih lucu atau tidak suka lelucon,” lanjut Hall menjelaskan.

Untuk studi ketiganya, Hall mengumpulkan 51 pasang mahasiswa heteroseksual lajang yang tak ia kenal. Pasangan itu duduk di sebuah ruangan dan berbicara selama sekitar 10 menit, kemudian direkam.

Setelah itu, dihimpun penilaian soal seberapa tertarik mereka pada orang lain. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin sering seorang pria mencoba untuk menjadi lucu dan semakin sering wanita menertawakan leluconnya, maka semakin besar pula kemungkinan wanita itu tertarik hatinya.

Namun, sayangnya hal ini tampak tak berlaku pada wanita yang berusaha menjadi lucu. Menurut Hall, indikator yang paling menunjukkan betapa sebuah pasangan saling menyukai adalah jika mereka tertawa bersama.

“Ketika orang-orang tertawa bersama, mereka melakukan banyak hal tentang humor, yaitu membangun sesuatu yang lucu dan ringan bersama satu sama lain,” ujar Hall.

Lalu, bisakah orang merasa senang berada di dekat orang lain yang membuat mereka tertawa?

Hall percaya bahwa reaksi fisik adalah tanda dari alasan yang mendasari tawa itu terjadi. Menurut Hall, manfaat positif dari tertawa dan yang menyertainya adalah respons tubuh terhadap apa yang dilakukannya. Baik secara pribadi maupun secara sosial.

“Jika hormon pelepas stres hadir ketika saya mengungkapkan kasih sayang kepada orang yang saya cintai, ekspresi kasih sayang itu masih sangat penting. Hanya saja, proses biologis adalah cara tubuh kita menyuruh kita untuk terus melakukan itu,” urai Hall.

Ketika dua orang menertawakan hal yang sama, kata Hall, pada dasarnya keduanya saling mengiyakan untuk berbagi perspektif. Tak hanya itu, keduanya pasti akan berbagi apa yang lucu bagi mereka yang ‘satu frekuensi’.

Hall menambahkan, olok-olok lucu yang terjadi dalam interaksi humor menjadi tanda keterbukaan terhadap ucapan orang lain. Selain itu juga menandakan bahwa orang tersebut ingin percakapan mereka berlanjut. Begitulah mengapa wanita lebih menyukai pria humoris.

ANNISA FEBIOLA 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus