Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Kampoeng Legenda, Supaya Generasi Milenial Tahu Kuliner Nusantara

Pakar Kuliner Indonesia, William Wongso mengingatkan generasi milenial agar memperhatikan makanan ketimbang sibuk mengambil foto makanan.

11 Agustus 2018 | 20.10 WIB

Acara kuliner legendaris Kampoeng Legenda di Mal Ciputra Jakarta.
Perbesar
Acara kuliner legendaris Kampoeng Legenda di Mal Ciputra Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mengenalkan kebudayaan Nusantara bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan sekaligus mengenyangkan, yakni melalui kuliner. Beraneka sajian makanan dari berbagai daerah mesti disampaikan kepada generasi milenial agar mereka mengetahui kekayaan warisan Nusantara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk mengetahui apa saja kekayaan masakan dari berbagai daerah di Tanah Air kepada anak muda zaman now, orang tua tak perlu repot mengajak mereka keliling Indonesia. General Manager Mal Ciputra Jakarta, Ferry Irianto mengatakan Mal Ciputra menghadirkan acara Kampoeng Legenda yang berisi aneka kuliner legendaris dari berbagai daerah.

"Melalui Kampoeng Legenda, kami ingin turut ambil bagian dalam melestarikan warisan kuliner legendaris Indonesia di tengah gempuran makanan asing yang semakin berkembang," kata Ferry Irianto. "Kami juga mengajak para generasi milenial untuk mengenal lebih dalam kuliner legendaris Indonesia dan turut melestarikannya."

Acara kuliner legendaris Kampoeng Legenda di Mal Ciputra Jakarta.

Ajang kuliner Kampoeng Legenda, Ferry Irianto melanjutkan, sekaligus memeriahkan HUT RI ke-73 dan berlangsung mulai Rabu sampai Minggu, 8 - 19 Agustus 2018 di area di Center Court, Mal Ciputra Jakarta. Tersedia lebih dari 70 kuliner legendaris yang dapat dicicipi pengunjung di Kampoeng Legenda Mal Ciputra Jakarta, antara lain dari Semarang ada Asem-Asem Koh Liem (1978), Toko OEN Semarang (1930), Pisang Plenet Mbah Toerdi Jalan Pemuda (1952); dari Yogjakarta ada Bale Raos (2004), dan Gudeg Yu Djum (1950), dari Cirebon ada Nasi Jamblang Mang Dul (tahun 1970), dari Bandung tersedia Kupat Tahu Gempol (1965), dan lainnya.

Pakar Kuliner Indonesia, William Wongso mengatakan salah satu kelakuan generasi milenial saat hendak makan adalah mengambil foto makanan tersebut. "Makanannya enggak dimakan-mana. Difoto terus sampai makanannya dingin. Jangan begitu," kata William Wongso seraya mengungkapkan cita rasa makanan akan berubah jika dibiarkan terlalu lama.

(Kiri ke kanan) Aktris Yuki Kato, General Manager Mal Ciputra Jakarta, Ferry Irianto, dan pakar kuliner Indonesia William Wongso. TEMPO | Rini Kustiani

William Wongso menyarankan fotolah makanan saat sudah separuh porsi atau saat akan habis. "Saya biasanya baru foto kalau sudah mau habis. Ini sekaligus menunjukkan kalau makanan itu enak," kata dia.

Aktris Yuki Kato mengaku kerap iseng memfoto makanan untuk membuat orang lain iri. "Aku memang sengaja bikin orang-orang iri. Posting es cendol di siang bolong, segar dingin saat panas," kata dia. "Kalau makan aku suka lebay, misalnya sampai senyum-senyum sendiri ketika berhadapan dengan makanan yang aku suka."

Acara kuliner legendaris Kampoeng Legenda di Mal Ciputra Jakarta. TEMPO | Rini Kustiani

Mengenai foto makanan, Yuki Kato menyarankan agar yang mengunggah gambar tersebut memberi gambaran seperti apa rasa kuliner tersebut. "Karena orang lain kan cuma melihat saja, tidak tahu bagaimana rasanya," ujar dara 23 tahun ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus