Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi kesehatan gigi di beberapa daerah di Indonesia masih memprihatinkan. Di Nusa Tenggara Timur atau NTT, misalnya, Riset Kesehatan Dasar 2013, status kesehatan gigi mulut di Provinsi NTT masih mencapai angka 3,2. Artinya rata-rata kerusakan gigi pada masyarakat NTT adalah 3 gigi per orang.
Baca juga: Selain Membersihkan Gigi, Pasta Gigi Bisa Hilangkan Noda Baju
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Keprihatian terhadap tingginya angka karies itulah maka pada 21 Juli sampai 28 Juli 2018, Kerja Sosial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (KersosFKGUI) digelar di Pulau Flores.
Selain alasan angka karies yang tinggi di daerah tersebut, pemilihan daerah untuk kersos ini juga dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah dokter gigi di daerah tersebut. Begitu diungkapkan salah satu peserta kersos sekaligus Humas Kersos FKGUI Naryndra Nastiti kepada TEMPO.CO, 21 Juli 2018.
“Terkait tenaga kesehatan, khususnya dokter gigi yang tersedia untuk melayani kesehatan gigi dan mulut masyarakat NTT jumlahnya masih sangat minim, yaitu 122 dokter gigi yang melayani 350 puskesmas di Nusa Tenggara Timur. Jadi hanya 122 dokter gigi untuk melayani jumlah penduduk sebesar 5.203.514 jiwa,” katanya lewat pesan elektronik.
Padahal rasio idealnya adalah 11 dokter gigi per 100.000 penduduk. Sementara di NTT tersebut, 11 dokter gigi harus melayani sekitar 480.000 penduduk.
Kersos FKGUI sendiri adalah kegiatan bakti sosial terbesar yang diadakan oleh mahasiswa FKG UI setiap dua tahun sekali. Yaitu di Bangka (2000), Padang (2002), Pontianak (2004), Lombok (2006), Banjarmasin (2008), Maluku Utara (2010), Sulawesi Tengah (2012), Nusa Tenggara Barat (2014), dan Bangka Belitung (2016).
Kegiatan Kersos FKGUI kali ini, diikuti 112 mahasiswa preklinik dan klinik, 4 residen bedah mulut serta 25 dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, dengan panitia utama yang terdiri dari mahasiswa FKG UI angkatan 2014 dan 2015.
Banyak kegiatan yang bakal digelar Kersos FKGUI ini di NTT. Antara lain, pengobatan gigi dan mulut gratis dengan target 1000 tindakan yang terdiri dari anak dan dewasa, penyuluhan gigi dan mulut dengan target 800 orang yang terdiri dari siswa-siswi SD, serta penyuluhan kesehatan gigi mulut dan umum dengan target 400 orang yang terdiri dari remaja, kader kesehatan, dan ibu-ibu PKK.
Baca juga:
Gusi Mudah Luka, Awas Gejala Radang Gusi
Dokter : Bila Gusi Berdarah, Sebaiknya Anda Tetap Menyikat Gigi
Kegiatan tersebut, menurut Naryndra, diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut. “Dan program pencegahan penyakit gigi dan mulut pun bisa berjalan melalui progam berkelanjutan di sana. Paling tidak masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut mereka,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Yang menarik, menurut Naryndra, agar program kersos ini bisa berkelanjutan, salah satu cara yang dilakukan adalah edukasi mengenai kesehatan kesehatan gigi mulutnya tak hanya diberikan pada para siswa, “Tapi para guru juga mendapat edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut,” katanya.
Jadi diharapkan para guru yang mendapat edukasi tersebut, kelak ikut juga mengawasi kesehatan gigi mulut anak muridnya. “Tahun ini juga kita membuatkan rapor gigi mulut untuk siswa SD sehingga data kesehatan gigi dan mulut anak-anak dapat dicatat,” ujar Naryndra.