Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Sekelompok gejala yang berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang terus-menerus disebut sebagai demensia. Penyakit yang melemahkan ini datang dalam berbagai bentuk, dengan lewy body dementia menduduki peringkat kedua setelah penyakit Alzheimer secara prevalensi.
Baca : Demensia dapat Dideteksi 9 Tahun Sebelum Diagnosis
Ini disebabkan oleh penumpukan protein lewy di sel-sel saraf bagian otak yang berfungsi untuk berpikir, mengingat, dan bergerak. Berikut penjelasan selengkapnya dikutip dari Times of India.
Fase Tidur
Menendang atau berteriak saat tertidur lelap bisa menjadi indikasi demensia. Orang dengan demensia bisa mengalami kesulitan menafsirkan emosi atau pengalaman yang rumit dari peristiwa sebelumnya karena kehilangan ingatan atau penurunan kognitif yang terkait dengan perkembangan penyakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Karena ingatan ini menjadi lebih nyata selama fase tidur seperti tidur (Rapid Eye Movement) REM, ketika mimpi paling sering terjadi, mereka mungkin mencoba berkomunikasi secara fisik daripada secara verbal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Fase tidur REM merupakan salah satu dari lima tahap tidur, biasanya dimulai 90 menit setelah tertidur. Tidur tidak sedalam saat memasuki fase REM karena aktivitas otak meningkat sekali lagi selama tahap ini. Tingkat aktivitasnya mirip dengan saat bangun. Karena itu, fase tidur REM adalah saat petualangan yang hidup atau bahkan mimpi aneh terjadi.
Meskipun banyak orang lanjut usia mengalami kesulitan tidur, penderita demensia seringkali lebih sulit tidur. Hingga 25% orang dewasa dengan demensia ringan hingga sedang dan 50% orang dengan demensia berat dapat mengalami gangguan tidur. Saat demensia memburuk, kesulitan tidur cenderung memburuk juga.
Mengutip Mayo Clinic, demensia tubuh Lewy dapat menyebabkan gangguan perilaku tidur gerakan mata cepat (REM), yang menyebabkan seseorang mulai secara vokal dan fisik memerankan pengalaman mimpi yang jelas dan seringkali tidak menyenangkan. Mereka mungkin juga bertindak serupa ketika bermimpi, seperti mengobrol dengan suara keras di tempat tidur atau bergerak seolah-olah sedang melakukan sesuatu yang berhubungan dengan mimpi yang dialami. Oleh karena itu, kebiasaan tidur ini dikaitkan dengan kemungkinan risiko demensia.
HATTA MUARABAGJA
Baca juga : 10 Cara Agar Cepat Tidur Mudah dan Efektif
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.