Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai salah satu organ paling kompleks, otak memiliki peran penting dalam mengendalikan seluruh tubuh. Oleh karena itu, kesehatan otak sangat penting untuk dijaga agar fungsi tubuh dapat berjalan dengan baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Federasi Neurologi Dunia, kesehatan otak mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi, membuat keputusan yang tepat, dan menjalani gaya hidup sehat. Sejumlah faktor berkontribusi terhadap kesehatan otak, termasuk pola tidur, olahraga, dan pola makan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menyaring apa yang masuk ke tubuh memiliki dampak besar pada kesehatan kognitif. Jika makan makanan yang salah, ujungnya mungkin peradangan saraf, yang menyebabkan penurunan memori dan masalah kesehatan lain di kemudian hari.
Meskipun kondisi ini terdengar menakutkan, Anda dapat menghindari gejala yang tidak diinginkan dengan memantau apa yang dimakan. Melansir Eat This, berikut tujuh kebiasaan makan yang dapat berdampak buruk bagi otak.
Gula berlebihan
Menghindari konsumsi gula berlebihan dapat membantu otak bekerja 100 persen. Fungsi otak sangat tergantung pada kadar gula darah , karena glukosa biasanya merupakan bahan bakar utama untuk otak. Terlalu banyak gula tidak membahayakan otak secara langsung tapi memicu pelepasan insulin tingkat tinggi. Insulin mempengaruhi akses asam amino yang berbeda ke otak dan lebih khusus lagi jika menghalangi pengangkutan sebagian besar asam amino, kecuali triptofan.
Dr. Dimitar Marinov, ahli dari Inggris, mengatakan, “Yang terakhir melewati darah, penghalang otak, dan diubah menjadi serotonin dan melatonin, hormon tidur.”
Tidak makan karbohidrat sama sekali
Karbohidrat adalah sumber utama energi tubuh. Beberapa orang yang melakukan diet seringkali mengurangi asupan karbohidrat, bahkan menghilangkannya untuk mendapatkan berat badan yang diinginkan. Mereka juga percaya hal ini dapat memberikan keajaiban bagi saraf. Namun, menurut Marinov, glukosa bukan satu-satunya bahan bakar otak.
“Itu juga bisa membakar keton. Meski kebanyakan penggemar keto akan bersumpah membakar keton lebih optimal dan meningkatkan fungsi otak, adaptasi tidak terjadi dalam sehari. Kecuali tubuh beradaptasi dengan baik terhadap ketosis, berhenti mengonsumsi karbohidrat dapat menyebabkan kadar gula darah tidak stabil dan bahkan episode hipoglikemia. Ini dapat menyebabkan kabut otak, kebingungan, dan bahkan kehilangan kesadaran singkat,” jelasnya.
Terlalu banyak minum alkohol
Anda tentu sudah paham betul alkohol dapat berdampak buruk bagi tubuh, terutama otak. Terlalu banyak alkohol dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi tingkat neurotransmiter dalam tubuh, yang merupakan pembawa pesan kimia yang membantu sel-sel otak untuk berkomunikasi.
Melewatkan makan
Ketika melewatkan makan, tubuh masuk ke mode kompensasi untuk mencoba membuat glukosa untuk otak dan menyeimbangkan gula darah ke tingkat keseimbangan yang aman. Ini dapat bermanifestasi dalam tubuh sebagai energi yang rendah, agitasi, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau fokus. Untuk kesehatan otak, sangat membantu untuk makan pagi dalam waktu 1 jam setelah bangun tidur dan kemudian makan makanan seimbang setiap 3-4 jam dalam sehari.
Multitasking sambil makan
Jika suka makan siang saat bekerja, Anda mungkin akhirnya menipu otak untuk makan berlebihan. Multitasking saat makan bisa berarti Anda kehilangan kontak dengan sinyal kenyang dan kemampuan otak untuk mencatat rasa kenyang dan kepuasan dari makanan terganggu. Makan yang terganggu dapat berarti Anda membiarkan makan tidak terpuaskan dan oleh karena itu menyebabkan mengemil lebih banyak, yang dapat memiliki konsekuensi gula darah negatif dan berdampak pada fokus otak.
Asupan vitamin B12 yang tidak memadai
Menurut Elizabeth Ward, salah satu penulis The Menopause Diet Plan, vitamin B12 melindungi sel-sel saraf dan membantu menghasilkan neurotransmitter yang membantu sel-sel saraf untuk berkomunikasi. Gejala kekurangan vitamin B12 termasuk daya ingat yang buruk, kebingungan, depresi, dan demensia. Kekurangan vitamin B12 yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan saraf yang tak bisa diperbaiki. Orang yang menghindari semua makanan hewani atau yang tidak cukup makan dapat dengan mudah mengalami kekurangan vitamin B12, terutama setelah berusia 50 tahun.
Pola makan tinggi lemak jenuh
Menurut Dr. Sandra El Hajj, penulis di MyMSTeam, diet tinggi lemak jenuh adalah musuh terburuk bagi otak. Lemak ini dapat meningkatkan penurunan kognitif serta memperburuk gangguan kognitif bagi yang sudah memiliki masalah mental. Selain itu, mereka memicu beberapa komplikasi di otak yang mengganggu sinyal intraseluler dan ekspresi gen yang menyebabkan kecemasan, depresi, gangguan homeostasis, serta peningkatan peradangan sitokin. Semua ini menciptakan ketidakseimbangan dalam fungsi mental dan kognitif.
Baca juga: Kaitan Tidur dan Kesehatan Otak