Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penanganan jika bayi menangis sering dilakukan dengan menggendongnya, kemudian diayun-ayun untuk menghentikan tangisnya. Tanpa kita sadari, hal tersebut berbahaya bagi bayi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shaken baby syndrome merupakan kekerasan terhadap bayi yang diakibatkan gerakan menggoyang bayi terlalu keras. Hal itu berbahaya. Bayi dapat mengalami kerusakan pada pembuluh darah di otak dan mengakibatkan kerusakan saraf dan otak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artikel lain:
Selain Nutrisi, Menyusui Berdampak Positif untuk Psikologis Bayi
Kiat Memancing Perkembangan Otak Bayi
Tempat-tempat yang Berpotensi Tularkan Penyakit ke Bayi
Memahami 12 Bulan Pertama Tahap Perkembangan Bayi
Dilansir dari laman Parentherald, para dokter mempercayai guncangan keras pada bayi dapat menyebabkan subdural hematoma, perdarahan retina, koma, atau kematian. Sebuah penelitian yang dipimpin Sandeep Narang, Kepala Divisi Kekerasan pada Anak di Rumah Sakit Anak Ann & Robert H. Lurie, Chicago, Amerika Serikat, melakukan survei terhadap 628 dokter. Mereka melakukan observasi pada anak yang mengalami luka di 10 rumah sakit anak di Amerika.
"Penelitian kami yang pertama untuk memberikan konfirmasi empiris bahwa dokter membenarkan diagnosis ini," kata Narang.
Laporan dari PyschCentral menyebutkan 88 persen dokter yang disurvei mempercayai shaken baby syndrome adalah diagnosis valid. Lebih dari 80 persen dokter menjawab guncangan dapat menyebabkan subdural hematoma.
Lebih dari 90 persen dokter percaya bahwa guncangan pada bayi dapat menyebabkan perdarahan retina parah. Sedangkan 78 persen dari dokter berpendapat guncangan pada bayi dapat mengakibatkan koma atau kematian.
Narang mengatakan hal ini menunjukkan bahwa shaken baby syndrome berbahaya. Penelitian Narang dan timnya diterbitkan dalam The Journal of Pediatrics.