Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kelainan Bentuk Tulang dan Cara Mengatasinya

Metode pembedahan ini membantu mengoreksi kelainan tulang pada lengan dan tungkai kaki akibat cedera atau bawaan lahir. Seperti apa?

19 Oktober 2021 | 09.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi implan tulang. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Metode pembedahan minimal invasif limb lengthening and reconstruction bisa membantu mengoreksi kelainan tulang pada lengan dan tungkai kaki akibat cedera atau bawaan lahir, dapat dilakukan mulai usia anak hingga dewasa. Begitu penjelasan dr. Faisal Miraj, Sp.OT (K) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Faisal menyatakakan tindakan limb lengthening and reconstruction memungkinkan pemanjangan tungkai, serta memperbaiki kelainan bentuk tulang baik pada anak, remaja, maupun dewasa. Tindakan ini juga dilakukan dengan metode invasif minimal sehingga masa pemulihan lebih singkat. Setelah tindakan dilakukan, bersamaan dengan program fisioterapi yang berkesinambungan diharapkan pasien dapat segera beraktivitas kembali dengan normal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembedahan minimal invasif adalah suatu tindakan bedah yang lebih meminimalkan luka sayatan dan rasa nyeri pada pasien. Spesialis bedah ortopedi konsultan ortopedi anak, limb lengthening and reconstruction RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya itu menjelaskan, limb lengthening and reconstruction yakni salah satu bidang ortopedi untuk melakukan pemanjangan alat gerak di lengan dan tungkai kaki pada beberapa keadaan, misalnya tungkai kaki tidak sama panjang atau untuk menambah tinggi badan.

Bidang ini juga dapat mengoreksi kelainan bentuk, seperti tulang yang bengkok dan melengkung, penanganan infeksi tulang, hilangnya sebagian segmen tulang karena cedera atau infeksi tulang yang luas, serta keadaan patah tulang yang tidak dapat menyambung maupun yang menyambung dengan bentuk tidak normal, baik bengkok, berputar, atau memendek.

Faisal memaparkan tindakan pengoreksian tulang biasanya dilakukan akibat adanya kelainan tulang, khususnya di sekitar tungkai kaki dan lengan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa penyebab, tergantung jenis kelainan yang diderita. Jenis kelainan ini salah satunya kelainan pendeknya tungkai kaki atau bentuk tungkai kaki dan lengan yang disebabkan kelainan bawaan.

Ada juga bentuk tungkai, khususnya jenis kaki X atau O, biasanya terjadi karena kekurangan zat gizi seperti vitamin D dan gangguan hormonal seperti hiperparatiroid.

Pseudoarthrosis baik yang berasal dari bawaan sejak lahir atau setelah cedera yang menyebabkan patah tulang dan tulang menjadi sulit menyambung dan malunion fracture, yaitu kelainan bentuk tulang akibat penyambungan patah tulang yang tidak sesuai sehingga berbentuk bengkok, memutar, ataupun menjadi lebih pendek pun termasuk jenis kelainan.

Dokter biasanya akan merujuk pasien melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui masalah dan penyebab kelainan tulang. Selanjutnya, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan radiologi dengan skannogram untuk melihat kelainan pada tungkai dari panggul sampai pergelangan kaki. Bila diperlukan, dokter bisa menganjurkan pemeriksaan tambahan berupa CT-Scan atau MRI, pemeriksaan laboratorium, terutama jika diduga adanya kekurangan zat gizi seperti vitamin D, kalsium, atau fosfor.

Selain itu, pemeriksaan hormon seperti hormon paratiroid apabila kelainan bentuk yang terjadi kemungkinan disebabkan kelebihan hormon tersebut juga bisa dilakukan. Faisal menjelaskan, prosedur limb lengthening and reconstruction dilakukan dengan metode pembedahan minimal invasif, yakni menggunakan sayatan berukuran kecil sehingga tidak banyak merusak jaringan lunak sekitar tulang.

Tata laksana pembedahan ini dimulai dengan pemasangan alat di luar tungkai kaki pasien atau external fixator seperti alat limb reconstruction system, ilizarov konvensional, maupun terkomputer. Kemudian dilakukan osteotomi atau pemotongan tulang. Selanjutnya, dengan alat-alat tersebut juga dapat dilakukan pemanjangan berkala dan juga koreksi kelainan bentuk lain, seperti meluruskan tungkai yang bengkok atau terputar.

Setelah tindakan bedah, pasien memerlukan 2–3 hari untuk menjalani program fisioterapi awal. Fisioterapi yang dilakukan bertujuan untuk pergerakan awal atau percobaan berjalan awal dengan bantuan tongkat, alat bantu, maupun kursi roda. Biasanya dokter akan menilai luka operasi dalam waktu 1–2 minggu setelah dilakukannya tindakan. Apabila tidak ada infeksi dan luka kering dengan baik, maka dapat langsung dilakukan pencabutan benang serta edukasi perawatan mandiri terhadap alat bantu yang sedang digunakan.

Pemanjangan tungkai maupun koreksi kelainan bentuk lainnya umumnya dilakukan secara bertahap. Alat yang dipakai akan dipertahankan sampai bentuk tungkai yang diinginkan oleh pasien dan dokter tercapai. Alat tersebut akan digunakan sampai tulang mengeras. Pasien boleh mengganti alat dengan tipe jenis lain, misalnya dengan alat yang dipasang di dalam atau internal fixator.

Untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka operasi, pasien harus menjaga kebersihan alat yang digunakan serta kebersihan kulit di sekitar luka operasi. Caranya dengan melakukan perawatan harian yang sudah diajarkan oleh tim medis seusai tindakan.

Selama pemasangan alat, pasien juga disarankan tetap aktif melakukan fisioterapi atau latihan penguatan dan peregangan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sendi dan tulang tetap fleksibel dan tidak kaku.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus