Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makanan dan minuman yang mengandung gula sering dianggap sebagai "suplemen" untuk membantu tubuh tetap terjaga ketika kita sedang sangat kelelahan. Hal ini membuat kebanyakan orang kerap mengkonsumsi makanan berkadar gula tinggi ketika sedang bekerja lembur atau harus begadang. Kebiasaan ini akan berdampak pada kenaikan berat badan secara drastis dan obesitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan hasil penelitian para ahli dari Stanford’s WellMD Center California, kecenderungan mengkonsumsi makanan dan minuman tinggi gula saat tubuh kelelahan muncul karena terganggunya fungsi otak. "Gangguan fungsi otak ini tak hanya mendorong tubuh mengidam gula, tapi juga makanan apa pun yang tinggi lemak, lemak jenuh, atau natrium," kata ilmuwan nutrisi yang terlibat dalam penelitian ini, Maryam Hamidi, seperti dikutip dari Medical News Today, Senin lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Lifestyle Medicine pada awal Oktober lalu itu menyebutkan bahwa kecenderungan tersebut mungkin hanya terjadi sesekali pada kebanyakan orang. "Namun, bagi orang-orang yang pekerjaannya melibatkan kelelahan yang panjang, makan camilan yang tidak sehat dapat dengan cepat menjadi kebiasaan," ujar Maryam.
Salah satu profesi yang rentan mengalami hal ini, kata Maryam, adalah dokter. Biasanya, mereka bekerja dalam waktu lama dengan sedikit istirahat sehingga memerlukan makanan yang cepat dan mudah diperoleh. "Sering kali makanan ini ternyata tidak sehat." Para pekerja kantoran yang kerap lembur hingga di atas pukul 19.00 juga punya kecenderungan yang sama.
Sebagai peneliti, Maryam mengaku mengalami sendiri hasil temuannya itu. Dalam beberapa penelitian sebelumnya, dia kerap harus terjaga sejak pukul 08.00 hingga pukul 05.00 keesokan harinya dan hal ini terjadi berulang kali. Menurut dia, keinginan untuk makan camilan atau keripik biasanya muncul sekitar pukul 18.00 atau 19.00. "Ada semakin banyak sisa kantong keripik kentang di ruangan saya," kata dia. "Padahal dulu saya tak pernah menyukai makanan semacam itu." Bukan hanya makanan, Maryam juga mulai kecanduan minuman bersoda.
Setelah mengalami efek tidak sehat dari jam kerja yang panjang secara langsung, Maryam bersama tim peneliti Stanford lainnya meneliti dampak diet terhadap tingkat kekurangan tidur.
Maryam dan para ahli lain kemudian menganalisis hasil survei kesehatan yang dilakukan 245 dokter Stanford pada Maret 2016. Mereka memilih tiga jenis diet spesifik: pilihan nabati, diet tinggi protein, serta tinggi gula dan lemak jenuh.
Salah satu temuan mereka adalah orang yang mengikuti diet tinggi lemak jenuh dan gula mengalami peningkatan skor gangguan yang berkaitan dengan tidur (SRI). Namun pola makan nabati menurunkan skor ini. Para peneliti tidak menemukan hubungan antara diet protein tinggi dan skor SRI. Karena itu, makan lebih banyak sayuran serta mengurangi gula dan lemak jenuh dapat membantu otak dan tubuh yang kelelahan bekerja lebih baik.
Menurut Maryam, pengusaha dan organisasi harus berusaha memastikan makanan seperti buah-buahan, sayuran, smoothie, dan protein bar yang sehat diprioritaskan kepada para karyawannya ketimbang camilan dan minuman bergula. "Meningkatkan akses ke pilihan makanan ringan yang sehat dan dekat dengan area kerja dapat membantu mengurangi kelelahan yang dialami para karyawan."
Hal lain yang harus diwaspadai sebagai akibat dari kebiasaan buruk mengkonsumsi makanan tinggi gula adalah obesitas. Menurut data WHO pada 2016, lebih dari 1,9 miliar orang berusia di atas 18 tahun mengalami berat badan berlebih dan 650 juta di antaranya mengalami obesitas. Sementara itu, di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2007-2018, terlihat ada kecenderungan peningkatan prevalensi obesitas, yaitu 10,5 persen pada 2007, 14,8 persen (2013), dan 21,8 persen (2018).
Dalam peringatan Hari Obesitas Sedunia pada 15 Oktober lalu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Anung Sugihantono, mengingatkan bahwa obesitas merupakan pintu masuk berbagai penyakit tidak menular. "Karena itu, sangat penting untuk menjaga asupan gizi seimbang serta aktivitas fisik untuk mencegah penyakit obesitas." Menurut Anung, ketika seseorang kesulitan berolahraga, hal yang bisa dilakukan adalah mengatur porsi makan.
Menurut dia, pengaturan porsi makan bisa dilakukan dengan mengubah kebiasaan penataan piring saat hendak makan. "Mulai dengan menata piring dulu, lalu sayur. Setelah sayur, buah, kemudian karbohidrat. Jadi, piringnya sudah penuh dengan makanan yang sehat sebelum ditambahi karbohidrat."
MEDICAL NEWS TODAY | PRAGA UTAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo