Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Kemanusiaan Dalam Proses Pendidikan, Belajar Gaya Antropomorfisme dan Empati

Mickey Mouse atau dalam bentuk objek mati yang dihidupkan seperti buku cerita yang berbicara merupakan satu contoh antropomorfisme dan empati.

21 Maret 2024 | 07.24 WIB

Seorang wanita memeriksa tanaman anggrek di atap rumahnya di kawasan Matraman, Jakarta, Selasa, 4 Januari 2022. Pemanfaatan atap rumah (rooftop) menjadi solusi untuk bercocok tanam di tengah minimnya lahan terbuka di Jakarta. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Seorang wanita memeriksa tanaman anggrek di atap rumahnya di kawasan Matraman, Jakarta, Selasa, 4 Januari 2022. Pemanfaatan atap rumah (rooftop) menjadi solusi untuk bercocok tanam di tengah minimnya lahan terbuka di Jakarta. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Antropomorfisme, konsep yang sering kali terkait dengan memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati atau makhluk hidup, semakin menjadi sorotan dalam dunia pendidikan. Penggunaan konsep ini dalam konteks empati dan pembelajaran telah menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana cara kita menyampaikan pengetahuan kepada siswa dan bagaimana siswa memahami dunia di sekitar mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Melansir dari Psychology Today, dalam konteks pembelajaran, antropomorfisme muncul dalam berbagai bentuk. Salah satu contohnya adalah penggunaan karakter fiksi, baik itu dalam bentuk binatang antropomorfik seperti Mickey Mouse atau dalam bentuk objek mati yang dihidupkan seperti buku cerita yang berbicara. Karakter-karakter ini, meskipun tidak memiliki sifat manusia yang sebenarnya, digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pelajaran dan nilai-nilai kepada siswa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penggunaan antropomorfisme dalam pembelajaran memiliki beberapa manfaat. Pertama, karakter-karakter antropomorfik dapat membuat materi pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah diingat bagi siswa. Dengan memperkenalkan karakter-karakter yang memiliki sifat-sifat manusia, siswa dapat lebih mudah terhubung dengan materi pembelajaran dan menginternalisasi konsep-konsep yang diajarkan.

Selain itu, antropomorfisme juga dapat membantu dalam memperjelas konsep-konsep abstrak. Dengan menggambarkan konsep-konsep seperti emosi, nilai, atau perilaku dalam bentuk karakter yang dapat dipahami oleh siswa, guru dapat membantu siswa memahami konsep-konsep tersebut dengan lebih baik.

Namun, penggunaan antropomorfisme dalam pembelajaran juga perlu diperhatikan dengan hati-hati. Terlalu banyak mengandalkan karakter-karakter antropomorfik dalam proses pembelajaran dapat mengaburkan pemahaman siswa tentang dunia nyata. Hal ini dapat mengarah pada kesalahpahaman atau kebingungan saat siswa berinteraksi dengan lingkungan di luar kelas.

Selain itu, penggunaan antropomorfisme juga dapat mempengaruhi cara siswa memahami dan berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya. Misalnya, jika karakter-karakter antropomorfik digunakan untuk menggambarkan hewan-hewan, hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang perilaku dan kebutuhan hewan yang sebenarnya.

Meskipun demikian, dengan pendekatan yang tepat, penggunaan antropomorfisme dalam pembelajaran dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pengetahuan dan nilai-nilai kepada siswa. Dengan memanfaatkan karakter-karakter yang menarik dan mudah diingat, guru dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Namun, penting untuk diingat bahwa antropomorfisme harus digunakan secara bijaksana dan sesuai dengan konteks pembelajaran untuk memaksimalkan manfaatnya bagi proses pendidikan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus