Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Displasia serviks adalah kondisi prakanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di permukaan serviks, yakni bagian leher rahim yang melekat pada bagian atas vagina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski disebut kondisi prakanker, perlu untuk diketahui bahwa kebanyakan orang dengan displasia serviks tidak terkena kanker. Seseorang yang menerima diagnosis displasia serviks berarti berkemungkinan mengembangkan kanker serviks jika tidak ditindak lebih lanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Cleveland Clinic, setiap tahunnya diperkirakan ada sekitar 250 ribu hingga 1 juta perempuan di Amerika Serikat didiagnosis memiliki displasia serviks. Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita usia subur, terutama usia 25 hingga 35 tahun.
Seseorang bisa terkena displasia serviks jika terinfeksi HPV, virus yang menyebar melalui kontak seksual. Ada lebih dari 100 jenis HPV. Beberapa jenis seperti HPV-16 dan HPV-18 lebih mungkin menginfeksi saluran reproduksi dan menyebabkan displasia serviks.
Para ahli memperkirakan bahwa lebih dari 75 persen perempuan yang aktif secara seksual terinfeksi HPV di beberapa titik waktu dalam hidup mereka. Sekitar 50 persen infeksi HPV terjadi antara usia 15-25 tahun. Seringkali infeksi hilang tanpa menimbulkan masalah berarti. Dalam kasus yang jarang terjadi, sel abnormal terbentuk dari waktu ke waktu, menyebabkan displasia serviks.
Mengutip John Hopkins Medicine, displasia serviks umumnya tidak menimbulkan gejala. Kunjungan ginekologi secara teratur termasuk pemeriksaan panggul dan tes pap smear dapat mengidentifikasi kondisinya. Dokter dapat membantu mengelolanya sebelum berubah menjadi kanker.
Gejala kanker serviks biasanya tidak muncul hingga sel-sel serviks yang abnormal menjadi kanker dan menyerang jaringan di sekitarnya. Gejala yang paling umum adalah perdarahan abnormal yang dimulai dan berhenti di antara periode menstruasi biasa.
Gejala lain bisa termasuk pendarahan menstruasi yang lebih berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya, pendarahan setelah menopause, meningkatnya keputihan, dan nyeri saat berhubungan intim.
Pilihan Editor: Pentingnya Deteksi Dini Kanker Serviks meski Tak Ada Keluhan