Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kenali Cara Penanganan Displasia Serviks

Penanganan displasia serviks tergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat keparahan, usia, kesehatan, dan preferensi perawatan.

27 Mei 2023 | 11.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Displasia serviks adalah kondisi prakanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di permukaan serviks, yakni bagian leher rahim yang melekat pada bagian atas vagina. Seseorang yang memiliki displasia serviks memiliki kemungkinan mengembangkan kanker serviks jika tidak ditindak lebih lanjut perawatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip Cleveland Clinic, setiap tahunnya ada sekitar 250 ribu hingga 1 juta perempuan di Amerika Serikat mengidap displasia serviks. Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita usia subur, terutama usia 25-35 tahun. Seseorang bisa terkena displasia serviks jika terinfeksi HPV, virus yang menyebar melalui kontak seksual.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam mendiagnosis displasia serviks, dokter akan menggunakan Pap smear. Jika hasil Pap smear menunjukkan adanya sel abnormal, langkah selanjutnya adalah kolposkopi untuk memeriksa serviks. Kolposkopi dilakukan melalui alat bernama colposcope untuk memeriksa lebih lanjut sel-sel abnormal di serviks atau dinding vagina.

Setelah itu dokter mungkin akan melakukan biopsi untuk mengambil sampel jaringan yang akan diperiksa di laboratorium. Tes DNA bisa direkomendasikan untuk melihat apakah ada bentuk HPV berisiko tinggi.

Penanganan displasia serviks tergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat keparahan, usia, kesehatan, dan preferensi perawatan. Prosedur untuk mengobati displasia serviks dapat mempengaruhi kehamilan di masa depan.

Jika mengidap displasia serviks tingkat rendah, yang diklasifikasikan sebagai CIN 1, kemungkinan besar pengobatan tidak diperlukan. Dalam sebagian besar kasus ini, kondisinya hilang dengan sendirinya. Hanya sekitar 1 persen kasus yang berkembang menjadi kanker serviks. 

Jika displasia serviks berada pada tingkat yang lebih parah, dokter dapat merekomendasikan prosedur pengangkatan atau menghancurkan sel abnormal yang berpeluang menjadi kanker. Prosedur ini mungkin termasuk eksisi bedah elektro loop (LEEP), conization, histerektomi 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus