Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Kasus keracunan makanan di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru, terlebih lagi dengan banyaknya jajanan bebas yang sering dijumpai hampir di setiap penjuru kota.Tidak heran jika keracunan makanan banyak terjadi.
Baca : Keracunan Makanan Chiki Ngebul, Begini Gejala dan Penanganannya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahkan menurut data yang dilansir dari laman kesmas.kemkes.go.id, World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa lebih dari 200 menyakit ditularkan mealui makanan yang dikonsumsi. Baik yang akibatnya akut ataupun ketika dikonsumsi bisa meyebabkan sakit ringan seperti diare.
Penyebab Keracunan Makanan
Melansir dari Healthline, sebagian besar kasus keracunan makanan disebabkan pantogen, di mana pantogen ini dapat ditemukan pada hampir semua makanan yang dimakan manusia. Namun, suhu panas pada proses memasak yang membuat pantogen mati sebelum sampai ke piring.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga hal utama yang menyebabkan keracunan makanan adalah sebagai berikut:
1. Bakteri
Bakteri adalah penyebab paling umum dari keracunan makanan, sepeti Salmonella. Bakteri ini paling sering didengar karena menurut data di Amerika Serikat, diperkirakan ada sekitar satu juta lebih kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella.
2. Parasit
Keracunan makanan yang disebabkan oleh parasit tidak separah yang disebabkan oleh bakteri. Namun, parasit yang menyebar pada makanan bisa sangat berbahaya, seperti cacing pita, cacing pipih, cacing kremi, dan yang dipercaya bisa mematikan adalah parasit Toksoplasmosis. Parasit dapat hidup di dalam saluran pencernaan manusia tanpa terdeteksi keberadaannya. Jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, maka berisiko mengalami efek samping yang lebih serius jika parasit menetap terlalu lama di dalam usus.
3. Virus
Selain bakteri dan parasit, penyebab keracunan makanan lainnya yaitu virus. Virus yang paling terkenal adalah virus Norwalk dan hepatitis A.
Adapun orang-orang yang lebih berisiko ketika mengalami keracunan makanan adalah yang pertama, orang dengan imunokompromis atau orang dengan sistem kekebalan yang tertekan atau memiliki penyakit autoimun sehingga lebih berisiko terkenal infeksi dan komplikasi yang lebih besar akibat keracunan makanan.
Kedua adalah ibu hamil, karena tubuh akan mengalami perubahan metabolisme dan sistem peredaran darah selama kehamilan. Ketiga, orang tua yang berusia 65 tahun atau lebih karena sistem kekebalan tubuh mereka yang tidak berkembang. Dan yang keempat adalah anak kecil karena mudah terkena dehidrasi akibat muntah dan diare.
FANI RAMADHANI
Baca juga : Banyak Anak Keracunan Chiki Ngebul, Dinkes Kabupaten Bekasi Buka Layanan Pelaporan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.