Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kenapa Natal Identik dengan Pohon Cemara? Ini Asal-usulnya

Asal-usul penggunaan pohon cemara sebagai pohon Natal yang dipercaya berasal dari Jerman sejak tahun 723.

23 Desember 2024 | 19.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, JAKARTA - Natal yang diselenggarakan setiap tanggal 25 Desember menjadi salah satu momen yang dinantikan oleh umat kristiani di seluruh dunia. Perayaan hari kelahiran Yesus Kristus tersebut diperingati dengan penuh sukacita dan dihiasi banyak pernak-pernik yang turut meramaikan suasana, tak terkecuali pohon cemara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pohon Natal umumnya selalu ada di rumah, ruang publik, hingga tempat wisata. Lantas, kenapa Natal identik dengan pohon cemara? Berikut penjelasannya. 

Sejarah Pohon Cemara untuk Natal

Melansir Britannica, tradisi pohon Natal dipercaya berasal dari Jerman sejak tahun 723. Pada awalnya, seorang misionaris Inggris St. Bonifasius berjumpa dengan orang-orang kafir yang mempersiapkan pengorbanan kepada dewa Thor (Donar) di pohon ek. Dia pun menebangnya, dan hal tak terduga terjadi, pohon cemara justru tumbuh di lokasi pohon ek ditebang. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terlepas dari benar atau tidaknya kepercayaan itu, pohon cemara kemudian menjadi bagian dari ritual agama Kristen di Jerman. Hingga pada Abad Pertengahan, jenis tumbuhan yang dianggap sebagai “pohon surga” tersebut mulai bermunculan. Bertujuan untuk mewakili Taman Eden, pohon cemara digantungi apel dan dipajang di rumah-rumah saat hari raya keagamaan Adam dan Hawa pada 24 Desember. 

Martin Luther dilaporkan pertama kali menggantung lilin yang menyala di pohon surga pada abad ke-16. Pada akhirnya, pohon cemara tersebut berevolusi menjadi pohon Natal. Pada abad ke-19, pohon Natal telah menjadi tradisi yang terus berlangsung di Jerman. 

Kemudian, ketika orang-orang Jerman bermigrasi ke negara lain, terutama Inggris, istri Raja George III, Charlotte mulai menghias pohon untuk hari raya umat kristiani pada 1790-an. Namun, pangeran kelahiran Jerman, Francis Albert Augustus Charles Emmanuel dan istrinya, Ratu Victoria dari Inggris yang mempopulerkan tradisi pohon Natal di kalangan orang Inggris. 

Pada 1848, sebuah ilustrasi gambar keluarga kerajaan di sekitar pohon cemara yang dihias muncul di sebuah surat kabar London. Pohon Natal pun segera menjadi hal yang umum di rumah-rumah orang Inggris. 

Pohon Natal Pengganti Pohon Cemara

Di Amerika Serikat dan Eropa, spesies tumbuhan yang umum digunakan sebagai pohon Natal, di antaranya pinus putih, pinus Skotlandia, pinus Virginia, dan cemara. Kemudian, cemara balsam, cemara Fraser, cemara mulia, cemara putih, cemara Norwegia, cemara biru, hingga cedar. 

Tradisi pohon Natal yang menyebar di seluruh dunia, ternyata berdampak buruk pada hutan, terutama di Jerman. Akibatnya, orang Jerman mulai membuat pohon bulu angsa buatan pada 1880-an. Pada 1930-an, seorang produsen sikat toilet juga diduga menggunakan produk surplus untuk membuat pohon Natal buatan. 

Pohon cemara dari bahan-bahan buatan semakin populer, mulai dari versi bulu, aluminium, hingga plastik. Menurut data dari American Christmas Tree Association, sekitar 84 persen pohon Natal yang dipajang di rumah-rumah di Amerika Serikat pada 2021 adalah buatan, sedangkan sisanya sebesar 16 persen merupakan pohon cemara asli. 

Makna Hiasan Pohon Natal

Melansir Artisan Ornaments, pohon cemara yang melambangkan dekorasi Natal mempunyai makna yang mendalam. Ranting-ranting hijau yang tetap berwarna cerah tanpa memandang musim menunjukkan bahwa kekuatan kehidupan yang terlahir kembali, vitalitas, dan harapan akan musim semi yang segera tiba. 

Lampu-lampu di pohon cemara melambangkan kekuatan Kristus untuk mengusir kegelapan dan dosa. Rantai dan karangan bunga yang melilit pohon menggambarkan ikatan kekeluargaan. Simbol malaikat melambangkan penjagaan rumah serta membangkitkan kepedulian dan rasa kasih sayang. 

Ornamen lonceng di pohon Natal yang menghasilkan suara lembut melambangkan pemberi kabar baik dan sukacita atas kelahiran Yesus Kristus. Buah apel yang berwarna merah dipercaya sebagai sumber pengetahuan, cinta, hingga lambang kesehatan dan kesuburan. Sementara bintang di atas pohon Natal mengingatkan pada Bintang Betlehem yang menuntun Tiga Raja, yang merupakan simbol harapan, bimbingan, dan cahaya dalam kegelapan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus