Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tiap daerah di Indonesia memiliki corak batik yang berbeda-beda. Biasanya motif batik dipengaruhi oleh karakteristik daerah setempat. Seperti halnya motif batik Pekalongan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Batik Pekalongan banyak ditemui pada daerah pesisir utara Pulau Jawa. Uniknya, ragam motif yang ada dalam batik Pekalongan terus berubah mengikuti zaman. Awalnya motif batik Pekalongan muncul saat adanya pertemuan berbagai bangsa karena daerahnya yang terletak di pesisir laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebudayaan seperti Asia, Melayu, Arab, Jepang, dan Tiongkok menambah dinamika motif pada batik pekalongan. Motif batik pekalongan yang diproduksi oleh keturunan Tiongkok biasanya memiliki corak khas seperti naga atau burung phoenix.
Saat masa penjajahan Jepang muncul motif hokokai. Ada juga motif batik buketan yang terinspirasi dari budaya Belanda. Meski motifnya beragam, dikutip dari pekalongankota.go.id, motif asli batik Pekalongan adalah motif jlamprang. Motif ini berbentuk seperti nitik yang termasuk dalam batik geometris.
Disebutkan pula, motif jlamprang ini adalah motif yang dikembangkan oleh pembatik keturunan Arab. Di mana Umat Islam di Arab tidak memakai hiasan benda hidup seperti binatang atau burung-burungan.
Motif jlamprang merupakan motif kosmologis yang memprioritaskan alur ceplokan berbentuk lung-lungan dan juga bunga padma yang berarti tentang peranan dunia kosmis yang datang mulai sejak agama Buddha serta Hindu berkembang di tanah Jawa.
Selain memiliki motif batik yang unik dan beragam, yang menjadi daya tarik dari batik Pekalongan ini ada pada warnanya. Salah satu ciri batik pesisir dengan warna cerah juga terimplikasi pada batik Pekalongan. Biasanya batik pekalongan berwarna merah muda, hijau, kuning, biru, dan jenis-jenis warna yang mudah ditemui.
TATA FERLIANA