Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Butik kopi Bacha Coffee di Plaza Indonesia, Jakarta, menarik perhatian karena tampilannya yang unik dan mewah. Dengan dominasi warna ochre atau cokelat kekuningan dan emas, butik kopi ini menampilkan jajaran tabung kopi yang memenuhi dindingnya. Ada 209 varian kopi arabika dari 35 negara penghasil kopi di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dibuka pada Kamis, 7 November 2024, ini merupakan butik kedua Bacha Coffee di Indonesia, setelah Plaza Senayan. Kedua butik kopi yang berbasis di Maroko ini memiliki konsep yang agak berbeda. Di Plaza Senayan, pengunjung bisa beli kopi sekaligus meminumnya di sana karena tersedia ruangan kafe. Sementara di butik Plaza Indonesia hanya menawarkan beragam varian kopi dalam kemasan dan minuman untuk dibawa atau take away.
Berawal dari Istana di Marrakech
Meski demikian, keduanya sama-sama membawa pengunjungnya ke dalam suasana kota kuno Marrakech. Dari kota pusat kebudayaan Maroko itulah kafe ini berasal. Kisah kafe legendaris ini berawal dari istana Dar el Bacha yang dibangun pada 1910 di kota itu. Nama Bacha diambil dari istilah lokal untuk menyebut gubernur atau seseorang dengan pangkat tinggi di Maroko, yang menempati istana itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sang Bacha adalah penggemar kopi arabika. Dia menyimpan kopi arabika yang berasal dari 35 negara di dunia dalam sebuah ruangan khusus yang disebut dengan Bacha Coffee. Di ruangan itulah dia sering menikmati kopi-kopinya, terkadang mengundang tamu untuk minum bersama sambil bercerita tentang kopi-kopinya. Menurut situs Bacha Coffe, tamu-tamunya bukan orang sembarangan. Mereka adalah penulis Colette, komposer Maurice Ravel, pembuat film Charlie Chaplin, Josephine Baker, presiden AS Franklin Roosevelt sampai perdana menteri Inggris Winston Churchill.
Bacha Coffee Plaza Indonesia . TEMPO/Mila Novita
Kopi dari Yaman
Bacha biasanya membeli kopi di Pelabuhan Mokha di Yaman. Yaman memang bukan penghasil kopi pada masa itu. Namun, pedagang-pedagan kopi terbaik dari seluruh dunia berkumpul di sana karena pelabuhan itu merupakan pusat transit dan perdagangan yang penting pada masa itu.
Konon, kopi dibawa masuk ke Yaman pertama kali oleh para pedagang Ethiopia hingga menjadi salah satu komoditas unggulan di negara itu pada abad ke-15 dan 16. Kopi-kopi dari Yaman diekspor ke banyak negara melalui Pelabuhan Mokha, salah satunya ke Maroko.
Istana Ditutup 60 Tahun
Setelah Perang Dunia II, istana tersebut ditutup selama lebih dari 60 tahun. Hampir tak ada aktivitas apa pun di sana. Namun, pada 2017, istana ini dibuka kembali sebagai museum budaya. Ketika dibuka, aroma kopi menguar ke udara dan menghidupkan kembali kisah kopi di istana itu. Bacha Coffee pun dihadirkan sebagai bagian dari sejarahnya dua tahun kemudian, letaknya di teras bangunan bersejarah itu.
Bacha Coffee di museum ini menghidupkan kembali suasana tempo dulu di istana itu. Banyak pakar di bidangnya yang terlibat, mulai dari arsitek, sejarawan, dan pengrajin untuk melestarikan dan merevitalisasi Bacha Coffee.
Menghidupkan Suasana Kuno
Suasana kuno Bacha Coffee di istana itu juga dibawa ke kota-kota besar di dunia, termasuk Paris, Milan, London, Tokyo, Singapura, Hong Kong, dan Shanghai. Selain itu, kedai atau butiknya pun ada di Dubai, Taipei, New York, Seoul, Doha, Kuwait City, dan Kuala Lumpur. Di mana pun berada, butik dan kedai Bacha Coffee hadir dengan nuansa ochre dengan sentuhan emas, serta lantai hitam putih dengan pola papan catur. Mesin penggiling kopi atau grinder, canister, dan panjangan di setiap kedai juga sama.
Namun, kopi-kopi itu tidak lagi berasal dari Yaman. Pemiliknya membeli langsung dari perkebunan-perkebunan kopi di seluruh dunia untuk di hadirkan di butik-butik Bacha Coffee. Di kafe Plaza Senayan, kopi disajikan dalam pot berlapis emas dengan lapisan perak di dalamnya yang mampu menahan panas hingga berjam-jam. Adapun di Plaza Indonesia, pembeli yang bisanya memesan untuk dibawa akan mendapatkan kopi dalam cangkir kertas biru, dilengkapi dengan krim, sedotan kaca, stik gula kristal yang diletakkan dalam nampan kertas berwarna ochre.
Pilihan Editor: Uniknya Kopi Khop dari Aceh yang Disajikan dengan Gelas Terbalik