Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Komunitas Pemburu Fosil Purba Bumiayu, Pernah Disoraki Orang Gila

Setiap kali menemukan fosil, komunitas ini melapor ke Balai Pelestarian Sangiran Situs Manusia Purba Sangiran.

13 Juli 2019 | 16.13 WIB

Anggota komunitas Bumiayu - Tonjong, pencari dan pelestari fosil purba di museum mini purbakala Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. TEMPO | Shinta Maharani
Perbesar
Anggota komunitas Bumiayu - Tonjong, pencari dan pelestari fosil purba di museum mini purbakala Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. TEMPO | Shinta Maharani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Bumiayu, Brebes - Sungai Bodas di Kecamatan Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah menjadi situs penting karena banyak temuan fosil manusia dan hewan yang diperkirakan berumur jutaan tahun di sana. Baru-baru ini, warga Bumiayu, Karsono menemukan fragmen fosil manusia yang diprediksi berumur 1,8 juta tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Karsono menemukan dua bonggol tukang paha (caput femoralis) dan satu akar gigi. Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Harry Widianto meneliti fosil tersebut dan menyebut umurnya 1,8 juta tahun. "Umumnya saya temukan di pinggir sungai," kata Karsono, Selasa 9 Juli 2019.

Tempo bersama Karsono dan para pelestari fosil yang biasa berburu benda ini menyusuri Sungai Bodas yang dikitari hutan Bumiayu. Karsono bercerita ia pernah mendapat cercaan sebagai orang gila ketika berjalan menyusuri situs benda purbakala itu.

Selain Kali Bodas, Karsono dan para pencari fosil itu berjalan ke Kali Tonjong, Gintung, Jurang, dan Kali Glagah. Karsono, 52 tahun, mencari fosil sejak 2013. Dia menjelajahi situs-situs fosil purba sejak pagi hingga sore hari.

Seorang penduduk melintas di situs fosil purba Sungai Bodas, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. TEMPO | Shinta Maharani

Cuaca menurut dia sangat menentukan kemunculan fosil-fosil itu. Karsono biasanya menemukan fosil-fosil saat musim penghujan. Fosil-fosil binatang dan manusia yang terkubur di pinggir sungai terhempas air sungai dan muncul ke permukaan. Setelah menemukan fosil, Karsono bersama komunitasnya melaporkan temuannya ke Balai Pelestarian Sangiran Situs Manusia Purba Sangiran. "Para peneliti datang untuk mengecek fosil yang kami temukan," kata Karsono.

Dia pernah menemukan Sinomastodon, yaitu spesies mamalia bergading besar mirip seperti gajah. Fosil itu diperkirakan sudah ada sejak 1,5 - 2 juta tahun yang lalu. Fosil Sinomastodon di Sungai Glagah, Desa Kutamendala, Kecamatan Tonjong. Tim Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Sragen, Jawa Tengah mengangkat fosil Sinomastodon yang terdiri dari rahang, gigi, tulang ekor, dan tulang belulang.

Selain itu, terdapat fosil kerbau, banteng, rusa, kuda air, badak, dan kura-kura. Karsono bergabung dengan komunitas Bumiayu - Tonjong (Buton), komunitas yang beranggotakan para pencari dan pelestari fosil di situs-situs benda purbakala di Bumiayu.

Rafli Rizal, pengelola museum mini purbakala Bumiayu-Tonjong (Buton) di Bumyiayu, Brebes, Jawa Tengah. TEMPO | Shinta Maharani

Ketua Komunitas Buton, Rafli Rizal menyebutkan terdapat 15 pelestari fosil yang berhimpun di komunitasnya. Mereka mayoritas merupakan petani yang menggarap lahan di sekitar hutan pinggir Kali Bodas dan Tonjong.

Ide membentuk komunitas itu, kata Rizal muncul sejak 2013. Gagasannya muncul dari M. Wildan Fadhlillah, anak Rizal yang kuliah di Jurusan Geologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Wildan dan ayahandanya mengenal situs Bumiayu mendapatkan perhatian dan menjadi obyek penelitian para arkeolog sejak 1920-an.

Rizal kemudian mengajak tetangganya, Karsono untuk mencari fosil-fosil purba di Bumiayu. Pada 2013, terdapat fosil gigi gajah di Bumiayu. Wildan membawa fosil itu ke seorang dosen Geologi UPN agar diteliti. Dosen tersebut kemudian rajin datang ke Bumiayu untuk meneliti situs purbakala di Kali Gintung. "Kami jadi semangat untuk menjadi pelestari dan mencari fosil," kata Rizal.

Dari situlah komunitas itu kemudian terbentuk. Tahun 2015, komunitas Buton resmi berdiri dan menghimpun belasan anggota. Sebagian anggotanya pun kerap mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan konservasi fosil.

Shinta Maharani

Shinta Maharani

Kontributor Tempo di Yogyakarta

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus