Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Materi Negatif dalam Serial Drama Cina

Drama Cina kebanyakan menghadirkan kisah ketimpangan si kaya dan si miskin yang disebutkan menormalisasi kekerasan domestik.

12 Februari 2025 | 15.00 WIB

Poster drama Cina Kemewahan Terlarang (kiri) dan Asmara Diselimuti Dendam. DramaBox dan GoodShort
Perbesar
Poster drama Cina Kemewahan Terlarang (kiri) dan Asmara Diselimuti Dendam. DramaBox dan GoodShort

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Banyak penggemar menilai kualitas akting pemain serta jalan cerita serial drama Cina buruk.

  • Ada juga unsur kekerasan domestik yang kerap muncul dalam 'dracin'.

  • Psikolog mengatakan materi tontonan seperti ini bisa mempengaruhi cara berpikir anak muda.

SEORANG laki-laki dalam pengaruh minuman keras tiba-tiba salah masuk ke kamar hotel orang lain. Ia melihat perempuan yang tergolek di ranjang dalam kondisi setengah sadar setelah dicekoki obat perangsang oleh kakak dan ibu tirinya untuk dijebak kepada pria hidung belang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pria mabuk itu mendesaknya untuk berhubungan intim dengan janji akan bertanggung jawab. Sebagai tanda bukti, ia memasangkan kalung ke leher perempuan itu dan mereka bercinta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pagi harinya, si perempuan baru menyadari kemalangan yang menimpa dia. Tanpa meminta pertanggungjawaban dari si pria yang masih terlelap, ia memilih pergi. Kejadian itu diketahui ayahnya dan memilih mengusir anak perempuan kandung itu lantaran terhasut cerita anak tirinya yang tengah mengincar hartanya.

Hubungan cinta satu malam itu meninggalkan benih kembar tiga. Perempuan itu melahirkan dan membesarkan ketiga anaknya dengan berjualan kue di lapak kaki lima hingga mereka berusia lima tahun.

Pilihan judul drama Cina di aplikasi GoodShort. Tempo/Nufus Nita Hidayati

Dalam satu peristiwa, si pria kaya bersirobok kembali dengan perempuan itu secara tak sengaja. Kebetulan, si pria butuh keturunan untuk mempertahankan posisinya sebagai CEO di perusahaan keluarganya.

Kisah cinta antara pria kaya dan perempuan miskin ini menjamur dalam berbagai versi drama Cina. Satu skenario bisa diadaptasi dalam beberapa serial dengan pemain yang berbeda. Selain cerita cinta ala Cinderella, ada tema balas dendam, reinkarnasi, juga perjuangan hidup. Namun muaranya sama: ketimpangan sosial si kaya dan si miskin.

Dracin alias drama Cina menjadi fenomena baru di dunia hiburan Indonesia. Banyak orang keranjingan menonton dan membayar mahal via layanan streaming atau over the top (OTT), seperti Dramabox, Flex TV, ReelShort, ShortMax, dan GoodShort. Banderolnya Rp77-250 ribu per pekan. Lebih mahal ketimbang Netflix yang biaya langganannya mulai Rp 65 ribu per bulan.

Saat disajikan, drama itu diterjemahkan ke bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Judulnya bisa berbeda-beda di tiap aplikasi, meskipun dramanya dibuat oleh satu rumah produksi. Misalnya, drama berjudul asli Sheng Se Quan Ma yang dibintangi Zhen Zi Qi dan Zhao Xi Xi. Di Dramabox, drama ini berjudul Kemewahan Terlarang. Adapun di GoodShort berjudul Asmara Diliputi Dendam.

Satu cerita bisa mencapai 110 episode dengan durasi 90 detik per episode. Jika digabungkan dan menonton dalam satu waktu, durasi satu judul sekitar 3,5 jam. Meski penonton bisa menebak akhir cerita di tengah akting yang dianggap buruk, kebanyakan mereka tancap gas menamatkannya dalam satu penayangan.

“Geli melihat akting dan ketololan yang ditampilkan. Tapi, kalau berhenti menonton, sayang juga. Sudah bayar mahal-mahal, kelar,” kata Zeta Cecya, karyawan swasta yang mengaku menonton dracin untuk mengusir kebosanan.

Poster drama Cina berjudul Pak Handi, Istrimu Mau Balas Dendam di aplikasi GoodShort. Dok. GoodShort

Soal akting yang payah juga diakui Deddy Mahendra Desta. Komedian dan presenter ini mengaku kecanduan menonton drama Cina, meskipun ia menyebutkan kualitas akting pemainnya buruk. Dalam video di kanal YouTube VINDES yang tayang pada Senin, 27 Januari 2025, Desta bercerita bahwa ia sampai rela membayar demi menyaksikan setiap episode.

"Gue sampai beli loh series-series yang aktingnya jelek banget. Ceritanya standar, tapi kok pengin tahu terus gitu," ujarnya. Ayah tiga anak itu bahkan membagikan alur cerita beberapa drama Cina yang ia tonton, dari kisah kasim kerajaan hingga perjalanan tragis seorang CEO. "Yang CEO itu, dia dulu kaya banget, terus tabrakan, hilang ingatan, menghilang lama. Eh, terus ngelamar ke perusahaannya sendiri jadi (petugas) cleaning service. Seru banget, deh!" katanya.

Drama Cina juga menormalisasi kekerasan domestik. Banyak judul menampilkan kisah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Adegan ayah, suami, serta kakak laki-laki menampar perempuan bolak-balik muncul. Ada juga yang menampilkan adegan kekerasan itu dalam pesta. Namun, bukannya menghentikan, tamu-tamu lain malah ikut merundung korban.

Perempuan dalam drama Cina kerap ditempatkan sebagai obyek. Ia diperlakukan seperti investasi yang mendatangkan uang bagi keluarganya. Ceritanya umum: anak perempuan ditempatkan sebagai warga kelas kedua yang tidak mendapatkan pendidikan cukup, dipaksa bekerja untuk membiayai sekolah saudara laki-lakinya, memenuhi kebutuhan keluarga, lalu dijual kepada pria tua.

Prahara itu berlanjut saat menikah. Ia menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga oleh mertua dan suaminya sendiri. Setelah bercerai, ia menemukan cinta sejati, pria di masa lalu yang pernah ditolongnya.

Kekerasan ini sayangnya justru membangkitkan sisi afeksi penonton, meski tidak selalu disadari. "Perilaku agresif memang merupakan salah satu ciri khas manusia. Tanpa disadari, tayangan-tayangan itu memberikan sisi afeksi, yang membuat seseorang senang menonton, penasaran, lalu ingin lagi dan lagi," ucap Efnie Indrianie, psikolog Universitas Kristen Maranatha Bandung, kepada Tempo, Sabtu, 8 Februari 2025.

Dalam jangka panjang, menurut Efnie, kebiasaan menonton drama bertema sensasional, seperti perselingkuhan, bullying, atau konflik ekstrem, dapat mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku masyarakat, terutama generasi muda.

Efnie menekankan bahwa anak-anak, remaja, dan dewasa muda yang masih dalam proses perkembangan cenderung lebih mudah menyerap informasi dari tontonan mereka. "Hal-hal seperti ini masuk ke dalam sistem berpikir manusia tanpa disadari. Dengan terus menonton, informasi itu bisa berpengaruh pada perilaku, menjadi karakter, dan akan sangat sulit dihilangkan," katanya.

Selain hal-hal tak elok di atas, ada kesempatan yang dilewatkan pemerintah Cina. Menjamurnya drama Cina di media sosial tidak dimanfaatkan dengan promosi tempat-tempat indah melalui film. Kebanyakan adegan direkam di dalam satu gedung, kamar hotel, dan rumah.

Jangan bayangkan bisa mendapatkan gambaran pegunungan salju di Cina, Lapangan Tiananmen, Tembok Raksasa, atau tempat-tempat ikonik lain. Penonton hanya akan disuguhkan tanda kemewahan sebagai pembeda si kaya dan si miskin, seperti mobil Rolls-Royce dengan sopir yang mengantar pria CEO disandingkan dengan sepeda listrik milik perempuan miskin. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Adinda Jasmine berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus