Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Makna Menangis dari Sisi Ilmiah, Benarkah Ada Gunanya?

Banyak hal terkait menangis dari sisi ilmiah, termasuk melepaskan hormon bahagia yang membantu mengobati luka dan meredakan stres. Adakah gunanya?

19 Februari 2024 | 11.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pria menangis. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada momen yang membuat kita ingin menangis tapi tak semua orang mau melakukannya. Alasannya mungkin malu, gengsi, atau terkesan lemah, terutama pada laki-laki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menangis seminggu sekali tak akan menyelesaikan masalah. Kebanyakan terapis sepakat mengeluarkan air mata dengan cara yang aman akan membuat kita merasa lebih baik, apakah itu terjadi secara alami atau tidak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian menunjukkan menangis mengaktifkan sistem saraf para simpatetik yang mempermudah Anda dalam proses "lawan atau lari". Menangis juga melepaskan hormon bahagia yang membantu mengobati luka dan meredakan stres. Beberapa peneliti berhipotesa cara menarik napas yang beriraman ketika terisak memiliki dampak memperbaiki suasana hati.

Dalam banyak kasus, menangis menjadi terapi jika bermakna pribadi karena bisa mengundang empati atau dukungan sosial dari orang lain, jelas Lauren Bylsma, pengajar psikiatri di Universitas Pittsburgh yang mempelejari efek menangis.

Tergantung situasi dan kondisi
Menangis itu sendiri sangat besar manfaatnya kata Bylsma karena memaksa orang untuk fokus pada situasi yang menguras air mata, yang mungkin membawanya ke pemahaman baru dan memfasilitasi proses emosi yang bisa memberikan solusi. Tapi bila tak ingin melakukannya juga tak masalah.

"Sebagian orang merasa tak punya emosi yang kuat atau keinginan untuk menangis. Yang jadi masalah bila mereka merasa tertekan berat dan menghindari perasaannya, yang menyebabkan emosi tak tuntas dan sulit terkoneksi dengan orang lain secara emosional," ujar Bylsma kepada USA Today.

Berkonsultasi ke terapis lebih baik daripada menonton video-video pendek untuk memancing tangis. Namun menangis juga bisa berdampak negatif bila dilakukan di lingkungan yang bisa membuat malu serta tergantung pada banyak faktor. Menangis di depan rekan kerja yang suka menghakimi, misalnya, tak lebih membantu dibanding melakukannya di hadapan keluarga yang suportif, kata Bylsma.

Meski demikian, tak semua pakar menganggap menangis bermanfaat. Menangisi orang tercinta yang wafat, misalnya, dianggap tak ada gunanya. Menangis juga dinilai tak baik buat tubuh, bisa menyumbat rongga hidung, dan membuat otot tegang, menurut Gina Moffa, terapis kesedihan dan trauma di New York City serta penulis Moving On Doesn't Mean Letting Go.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus