Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Memahami Kerja Remdesivir pada Pasien Covid-19

Remdesivir diilai memberi angin segar buat pengobatan virus corona baru atau COVID-19. Bagaimana cara kerja obat ini?

3 Mei 2020 | 19.45 WIB

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kebutuhan obat untuk melawan virus corona semakin mendesak dan ilmuwan terus bekerja untuk mencari yang terbaik. Remdesivir, obat antivirus yang awalnya diciptakan untuk mengobati hepatitis dan virus pernapasan umum, akhirnya diizinkan regulator di Amerika Serikat menjadi obat untuk pasien virus corona baru atau COVID-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dr. Mark Denison, peneliti dari Universitas Vanderbilt, seperti dilansir The New York Times, belum lama ini mengatakan, remdesivir bisa menyelinap melewati sistem kuat virus untuk melindungi RNA, bahan genetik mereka. Remdesivir membuat rantai RNA virus yang tumbuh berakhir sebelum waktunya, lalu membunuhnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sisi lain, para peneliti di Universitas Carolina Utara menemukan obat produksi Gilead Sciences Inc itu juga membunuh virus pada hewan yang terinfeksi. Tetapi, remdesivir gagal dalam sejumlah tes untuk hepatitis dan Ebola di Afrika.

Obat itu akhirnya merana, tidak disetujui untuk digunakan sampai akhirnya SARS CoV-2 muncul dan menjadi pandemi. Banyak ilmuwan menyadari potensi remdesivir menjadi solusi melawan COVID-19 karena sudah melalui pengujian pada hewan dan uji keamanan pada manusia.

Dokter lalu mulai memberikannya kepada pasien dalam studi dan bahkan di luar studi sama sekali. Gilead mensponsori beberapa penelitian ini dan memberikan obat itu kepada pasien melalui dokter yang merawat mereka. Bahkan, efek sederhana obat pada pasien rawat inap adalah kejutan, kata Dr. Arnold Monto, ahli epidemiologi di Universitas Michigan.

Pasien sakit parah dan sering menderita bukan karena infeksi virusnya tetapi karena reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. Itulah sebabnya Tamiflu tidak bekerja dengan baik pada pasien flu yang parah.

Hanya saja, tidak semua orang yakin remdesivir ampuh 100 persen. Sebuah studi di Cina dalam jurnal Lancet menemukan obat itu tidak memberikan manfaat bagi pasien yang sakit parah. Terlepas dari ini, Gilead meningkatkan produksi dan saat ini memiliki 1,5 juta botol, cukup untuk sekitar 150.000 pasien.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus