Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Normalnya, rasa sakit atau nyeri akan mereda saat cedera sembuh. Namun, bila rasa nyeri tersebut tidak kunjung sembuh, mungkin Anda mengalami nyeri kronis. Apa sebenarnya penyakit nyeri kronis tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Rasa sakitnya bisa terus-menerus, atau datang dan pergi. Itu bisa terjadi di mana saja di tubuh Anda. Umumnya, iIstilah nyeri kronis umumnya digunakan untuk menggambarkan rasa sakit yang berlangsung lebih dari tiga sampai enam bulan. Nyeri kronis biasanya sulit untuk diidentifikasi penyebabnya, dapat berasal dari kerusakan jaringan ataupun permasalahan struktural organ lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip primayahospital.com, ada setidaknya 4 jenis nyeri kronis berdasarkan lokasinya, yakni:
- Nyeri punggung, biasanya pada bagian punggung bawah
- Nyeri kepala, contohnya migrain dan sakit kepala kluster
- Nyeri sendi, sering kali terjadi karena pertambahan usia yang membuat kemampuan sendi menurun
- Nyeri saraf, umumnya terjadi karena saraf yang tertekan, rusak, atau terpapar obat-obatan tertentu
Sedangkan berdasarkan bentuknya, ada 2 kategori utama nyeri kronis:
- Nyeri dengan penyebab yang teridentifikasi: penyebab nyeri diketahui setelah menjalani pemeriksaan, misalnya cedera.
- Nyeri dengan penyebab tak teridentifikasi: nyeri masih muncul ketika jaringan yang rusak sudah sembuh.
Penyebab Nyeri Kronis
Terkadang nyeri kronis memiliki penyebab yang jelas. Anda mungkin menderita penyakit jangka panjang seperti radang sendi atau kanker yang dapat menyebabkan rasa sakit terus-menerus. Mengutip my.clevelandclinic.org, cedera dan penyakit juga dapat menyebabkan perubahan pada tubuh yang membuat Anda lebih sensitif terhadap rasa sakit. Perubahan ini dapat tetap terjadi bahkan setelah Anda sembuh dari cedera atau penyakit aslinya. Sesuatu seperti keseleo, patah tulang, atau infeksi singkat dapat menyebabkan nyeri kronis.
Beberapa orang juga mengalami nyeri kronis yang tidak terkait dengan cedera atau penyakit fisik. Penyedia layanan kesehatan menyebut respons ini sebagai nyeri psikogenik atau nyeri psikosomatis. Hal ini disebabkan oleh faktor psikologis seperti stres, kecemasan dan depresi. Banyak ilmuwan percaya hubungan ini berasal dari rendahnya tingkat endorfin dalam darah. Endorfin merupakan bahan kimia alami yang memicu perasaan positif.
Ada kemungkinan beberapa penyebab nyeri saling tumpang tindih. Misalnya, Anda bisa saja mengidap dua penyakit berbeda atau Anda mungkin mengalami penyakit seperti migrain dan nyeri psikogenik secara bersamaan.