Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Frozen Shoulder, Masalah Bahu yang Biasa Dialami di Usia Paruh Baya

Frozen shoulder merupakan kondisi peradangan yang menyebabkan kerusakan jaringan di sekitar sendi bahu dan menyebabkan rasa sakit.

13 November 2024 | 22.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pertambahan usia membuat tubuh manusia cenderung semakin banyak mengalami masalah yang sering menyakitkan. Salah satunya masalah di bahu yang disebut frozen shoulder atau bahu beku, yang biasa menyerang usia paruh baya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi yang juga dikenal sebagai adhesive capsulitis ini biasanya berupa rasa kaku dan nyeri di persendian bahu, menurut Mayo Clinic. Kondisi akan memburuk seiring waktu. Gejala biasanya muncul perlahan dan berkembang melalui tiga tahap, yakni fase terasa dingin, lalu membeku, dan kemudian mencair, kata sumber yang sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada fase pertama melibatkan nyeri bahu dan pergerakan terbatas, bisa berlangsung selama 2-9 bulan. Pada fase kedua masih terasa sakit yang sama namun bahu bisa terasa lebih kaku dan bisa berlangsung setahun. Pada fase terakhir, bahu mulai bisa bergerak lebih leluasa dan berlangsung selama 24 bulan.

Gejala dan cara mengatasi
Frozen shoulder merupakan kondisi peradangan yang menyebabkan kerusakan jaringan di sekitar sendi bahu dan menyebabkan rasa sakit. "Peningkatan rasa sakit secara signifikan bisa terjadi tiba-tiba, terutama di malam hari," jelas Dr. Samantha Stuek, spesialis kedokteran olahraga di Rumah Sakit Khusus Bedah di New York, kepada Fox News Digital.

Ia juga menyebutkan masalah yang biasa muncul adalah gerakan yang terbatas, susah mengangkat tangan, bahkan sulit memakai jaket, mencuci rambut, dan bahu terasa sakit saat melakukannya. Rata-rata usia penderita adalah 55 tahun dan risiko empat kali lebih besar pada perempuan, kata Stuek.

Bahu beku bisa terjadi lama pada orang yang mengalami cedera bahu atau lengan. Risiko juga dimiliki penderita diabetes karena kadar gula tinggi di aliran darah bisa meningkatkan risiko peradangan ini, kata Stuek. Begitu juga dengan pemilik masalah tiroid dan kolesterol tinggi.

Untuk mengatasinya, Stuek menyarankan untuk menggerakkan tubuh dan meminta bantuan terapis untuk meredakan gejala. ia juga menyarankan minum ibuprofen atau obat antiradang lainnya untuk mengurangi rasa sakit. Dokter mungkin juga akan meresepkan steroid dosis rendah atau suntik kortison untuk memudahkan pergerakan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus