Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Umumnya kista dapat sembuh sendiri tanpa dilakukan penanganan khusus. Namun, pengaruh aspek usia maupun kondisi jenis dan ukuran kista memerlukan penangan khusus. Beberapa pilihan penanganan yang dapat dilakukan mulai dari secara alami hingga medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk kista yang masih berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala dapat dilakukan pemantauan rutin. Langkah ini dilakukan oleh pihak medis dengan pemeriksaan USG beberapa minggu atau bulan kemudian setelah diketahui ada kista, untuk mengetahui apakah kista tersebut sudah hilang. Penderita pascamenopause, perlu menjalani pemeriksaan USG, dan tes darah tiap 4 bulan. Hal ini perlu karena kondisinya lebih berisiko mengalami kanker ovarium.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langkah lain adalah mengonsumsi pil KB. Tak heran jika dokter dapat meresepkan pil KB untuk mencegah kista muncul kembali. Sayangnya, langkah ini tak dapat mengecilkan kista yang masih ada.
Ada pula metode aspirasi, penanganan ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari dalam kista. Langkah yang dilakukan dokter menggunakan alat bantu berupa jarum yang ditusukkan ke dalam kista, kemudian cairan kista pun disedot ke dalam tabung jarum suntik. Biasanya metode ini digunakan untuk mengatasi kista ganglion.
Apabila kista terus membesar, bahkan tetap ada setelah melewati lebih dari 3 kali siklus menstruasi, atau menimbulkah gejala nyeri langkah penanganannya adalah operasi. Penanganan ini bertujuan mengangkat kista. Namun beberapa kasus mengangkat ovarium juga.
Operasi pengangkatan kista berukuran kecil dapat dilakukan dengan metode laparoskopi, yaitu teknik membuat sayatan kecil dibantu alat laparoskop, alatnya seperti selang berkamera. Sementara kista yang berukuran lebih besar dan bersifat ganas akan dilakukan penanganan medis berupa pembedahan perut terbuka atau laparotomi.
RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION